Mohon tunggu...
Erwin Tanjung
Erwin Tanjung Mohon Tunggu... Guru - Pengamat sosial,pendidikan

- Alumni IKIP Medan 1991 - Penggiat Sosial -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi, Setuju?

24 Desember 2020   11:58 Diperbarui: 24 Desember 2020   12:14 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" yang pertama kali akan saya lakukan adalah menjadikan agama sebagai inspirasi, bukan aspirasi." ( Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Agama RI )

Kalimat di atas adalah ungkapan Yaqut Cholil Qoumas ketika diperkenalkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai calon Menteri Agama RI menggantikan posisi Fachrul Razi. Selanjut Yaqut Cholil Qoumas menambahkan pernyataannya bahwa agama sebisa mungkin tidak lagi digunakan menjadi alat politik, baik untuk menentang pemerintah, merebut kekuasaan, atau untuk tujuan-tujuan yang lain. Agama biar menjadi inspirasi dan biarkan agama itu membawa nilai-nilai kebaikan dan nilai-nilai kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pernyataan Yaqut Cholil Qoumas cukup menarik sekaligus untuk dikritisi. Dari tinjauan psikolinguistik ( ungkapan bahasa yang dikaitkan dengan penuturnya ) maka adanya benang merah antara kondisi situasi persoalan keagamaan di tengah-tengah masyarakat ( Ummat ISlam ). Yaqut Cholil Qoumas yang saat ini juga sebagai Ketua Umum GP Ansor yang memiliki catatan yang kurang harmonis dengan beberapa kelompok Islam ( Misalnya; FPI ). Oleh sebab itu GP Ansor yang dipimpin oleh Yaqut Cholil Qoumas di lapangan sering terjadi konfrontasi dengan beberapa kelompok Islam. Di sisi lain terkesan begitu harmonis dengan  kelompok  di luar Islam. 

Maka tak heran ketika Yaqut Cholil Qoumas diangkat jadi menteri agama, Direktur Eksekutif Indobarometer M. Qodari menilai  bahwa sosok yang tepat menjadi Menteri Agama sebab memiliki sikap yang keras dengan kelompok agama tertentu yang berlawanan ( berhadapan ) dengan pemerintah. 

Tentu ini mudah-mudahan sebagai sebuah prediksi yang keliru. Kita berkeinginan Menteri Agama yang baru ini lebih mampu berpikir jauh untuk kemaslahatan ummat ( khususnya ummat ISlam ). Kita berharap belaiu dapat menjembatani perbagai persoalan yang disharmonis yang kita rasakan di tengah-tengah masyarakat, tentu terkhusus ummat Islam. Ini bisa terjadi jika Menteri Agama berpikir lebh jernih dan mengutamakan kepentingan orang banyak bukan kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Tentu ini harapan kita semua dan kita berkeyakinan beliau mampu untuk melakukannya.

Kita kembali fokus tentang ungkapan kalimat " Agama Sebagai Inspirasi bukan Aspirasi " saat diperkenalkan sebagai calon Menteri Agama.Kata 'Inspirasi" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI )  bearti ilham, yaitu mengandung arti petunjuk, pikiran atau sesuatu yang bisa menggerakkan hati untuk mencipta ( menghasilkan sesuatu ). Sedangkan makna Aspirasi menurut KBBI adalah harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang. Aspirasi juga dapat dimaknai sebagai hasil dari inspirasi. Dengan kata lain kata "inspirasi" dan "aspirasi" memiliki kaitan secara makna.

Bisakah agama sebagai Inspirasi ? Bisakah agama sebagai aspirasi ?

Tentu jika dilihat dari makna kedua kata tersebut jelas agama ( agama apa saja ) bisa sebagai sebuah inspirasi juga sebagai sebuah aspirasi. Terkait keinginan Menteri Agama agara agama sebagai inspirasi untuk mewujudkan nilai-nilai kebaiakan, nilai-nilai kedamaian bagi berbangsa dan bernegara tentu kita semua setuju, Itulah sebenarnya sebagian dari tujuan agama. Setiap agama dengan kitab sucinya masing-masing pasti memberikan inspirasi ( keinginan,harapan ) untuk menjadikan pemeluknya adalah orang-orang yang menebarkan kebaikan,mewujudkan keadilan,menebarkan kasih sayang, tidak melakukan berbagai kemaksiatan dan berbagai nilai kebaikan lainnya.

Bagaimana agama sebagai aspirasi ? Ya..agama harus sebagai aspirasi. Untuk mewujudkan agama sebagai inspirasi maka agama menjadi sebuah aspirasi. Itu artinya agama ( tentu dengan pemeluknya ) harus memiliki kekuatan untuk mewujudkan aspirasi atau keinginan.  Agama ( diwakili oleh pemeluknya ) berkeinginan nilai-nilai agama itu diwujudkan dalam berbangsa dan bernegara. Agama juga harus sebagai  bagian kontrol dalam berbangsa dan bernegara terkhusus di negara kita ini. 

Bukankah negara kita adalah negara yang berkeyakinan adanya Tuhan ( termasuk di dalamnya nilai-nilai religius ) yang terdapat dalam butir pertama Pancasila. Karena bangsa kita bukanlah bangsa berdasarkan agama tetapi bukan bangsa yang anti terhadap agama, maka sah-sah saja kalau pemeluk/golongan agama menyampaikan aspirasi melalui lembaga atau organisasi ataupun partai politik sebagai sara penyampaian aspirasinya termasuk untuk merebut sebuah kekuasaan dalam koridor yang resmi melalui pemilihan umum. 

Begitu juga memberikan kritikan terhadap pemerintah yang dianggap salah dan bertentangan dengan nilai-nilai agama. Semua itu adalah bagian dari Agama sebagai sebuah aspirasi. Pada tataran konsep ini tentu kita tidak sepakat dengan pernyataan Menteri Agama yang menyatakan bahwa agama jangan (bukan )  sebagai aspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun