Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Dith Pran dan Haing S. Ngor: Bintang dan Tokoh Film dengan Pengalaman yang Sama

7 Juli 2022   11:45 Diperbarui: 7 Juli 2022   12:12 1874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dith Pran bersama Sydney Schanberg di Amerika, pasca berjumpa kembali setelah terpisah selama 4 tahun lamanya | Sumber Gambar: Getty Images

Dith Pran pada akhirnya terbang menuju Amerika Serikat bersama Sydney Schanberg, di mana ia dipertemukan kembali dengan istri dan anak-anaknya yang sudah dievakuasi terlebih dahulu pada tahun 1975. Ketika menetap di Amerika Serikat, Dith Pran bekerja sebagai photojournalist di surat kabar tempat Sydney Schanberg juga bekerja yaitu The New York Times. Pada tahun 1980 kisah Dith Pran ketika berjuang bertahan hidup di bawah kejamnya rezim Khmer merah, ditulis menjadi buku oleh Sydney Schanberg yang berjudul "The Death and Life of Dith Pran" dan merupakan inspirasi untuk film The Killing Fields yang di release pada tahun 1984.

Kisah Haing S. Ngor

Haing S. Ngor, pemeran Dith Pran di film The Killing Fields | Sumber Gambar: Getty Images
Haing S. Ngor, pemeran Dith Pran di film The Killing Fields | Sumber Gambar: Getty Images

Haing S. Ngor yang juga berasal dari Kamboja dan merupakan seorang aktor Hollywood yang memerankan tokoh Dith Pran di film tahun 1984 The Killing Fields, sebenarnya memiliki pengalaman yang tidak jauh berbeda dengan tokoh yang diperankannya di film tersebut. Ngor sendiri juga salah satu penyintas kekejaman rezim Khmer Merah di Kamboja pada tahun 1975 hingga tahun 1979.

Haing S. Ngor dilahirkan pada tahun 1940 di Samrong Young, Provinsi Bati Kamboja. Haing S. Ngor sebenarnya tidak memiliki background sebagai aktor atau seni-peran, tetapi dirinya adalah seorang dokter bedah dan gynecologist. Sebelum Kamboja jatuh ke tangan rezim Khmer Merah, Ngor sempat praktek sebagai seorang dokter di ibukota Phnom Penh, namun ketika rezim Khmer Merah berhasil menduduki ibukota Kamboja, Phonom Penh, Ngor beserta sang istri My-Huoy dipaksa untuk meninggalkan Phnom Penh dan direlokasi ke daerah pedesaan bersama jutaan warga Kamboja lainnya dan dipaksa untuk bekerja di ladang pertanian dan kamp konsentrasi rezim Khmer Merah, dalam rangka kebijakan Tahun-Nol yang dicetuskan oleh Pol-Pot sang pemimpin Kamboja di bawah rezim Khmer Merah. 

Ngor sendiri juga harus menyembunyikan jati dirinya yang merupakan seorang intelektual dan juga seorang dokter dan keterampilan medisnya guna menghindari eksekusi oleh pihak Khmer Merah. Ngor bahkan harus menyembunyikan fakta lain mengenai dirinya yang sebenarnya menggunakan kacamata, yang mana akan dianggap sebagai orang intelektual oleh pihak rezim Khmer Merah dan terancam akan dieksekusi jika mereka mengetahui bahwa Ngor menggunakan kacamata.

Tidak hanya itu saja, Ngor sendiri juga harus menerima kenyataan yang sangat pahit, di mana ia harus rela kehilangan sang istri. Sang istri, My-Huoy, pada saat mereka berada di kamp konsentrasi rezim Khmer Merah sebenarnya tengah mengandung anak dari Ngor dan Huoy. Tetapi ketika hendak melahirkan sang anak, istri Ngor membutuhkan bantuan operasi caesar. Walaupun Ngor yang notabene adalah seorang gynecologist dapat melakukan tindakan operasi caesar, tetapi Ngor tidak dapat melakukannya, karena jika pihak Khmer Merah mengetahuinya, jati dirinya sebagai seorang dokter maka akan diketahui oleh pihak Khmer Merah, dan dirinya juga sang terancam akan dieksekusi mati oleh pihak Khmer Merah. 

Alhasil istri Ngor pun berusaha untuk melahirkan secara normal yang pada akhirnya justru menyebabkan sang istri dan anak Ngor yang masih berada di dalam kandungan pun harus meninggal secara bersamaan. Tragedi ini membuat Ngor sangatlah terpukul, terutama harus kehilangan kedua orang yang ia cintai secara bersamaan. Seperti Dith Pran, Ngor juga menghabiskan waktu di kamp konsentrasi rezim Khmer Merah selama empat tahun masa rezim Khmer Merah di Kamboja, dari tahun 1975 hingga 1979.

Ketika rezim Khmer Merah tumbang pasca invasi Vietnam terhadap Kamboja di tahun 1979, Ngor berhasil melarikan diri ke perbatasan Thailand bersama sepupu dan juga rekan-rekannya. Ketika berada di kamp pengungsi di Thailand, Ngor bekerja sebagai dokter di salah satu kamp palang merah di perbatasan Thailand dan Kamboja yang terus dipadati oleh pengungsi dari Kamboja, di mana perang masih pecah antara pihak Vietnam yang sudah berhasil menduduki ibu kota Phnom Penh dan pihak Khmer Merah yang berusaha merebut kembali kekuasaan. Pada Agustus tahun 1980, Ngor dan saudara sepupunya memutuskan untuk pergi dan menetap di Amerika Serikat. Sayangnya Ngor tidak dapat melanjutkan prakteknya sebagai seorang dokter ketika berada di Amerika Serikat.

Haing S. Ngor ketika memerankan Dith Pran di film The Killing Fields bersama Sam Waterston yang memerankan Sydney Schanberg | Sumber Gambar: imdb.com
Haing S. Ngor ketika memerankan Dith Pran di film The Killing Fields bersama Sam Waterston yang memerankan Sydney Schanberg | Sumber Gambar: imdb.com

Namun nasib baik sepertinya berpihak pada dirinya. Ketika berada di sebuah pernikahan warga Kamboja yang menetap di Amerika Serikat, Ngor bertemu dengan seorang sutradara bernama Pat Golden. Dari situlah sutradara yang sedang menggarap film The Killing Fields, Roland Joff, mendapatkan rekomendasi untuk memilih Haing S. Ngor untuk memerankan karakter Dith Pran di film tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun