Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Donald Rumsfeld: Menteri Pertahanan Amerika Serikat yang Paling Berpengaruh

1 April 2022   14:37 Diperbarui: 1 April 2022   14:55 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Rumsfeld bersama Presiden Ronald Reagan dan Menteri Luar Negeri George Shultz | Sumber Gambar: catalog.archives.gov


Pemerintahan Presiden George W. Bush dan Menteri Pertahanan Periode Kedua (2001 – 2006)

Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld bersama Ketua Kepala Staff Gabungan Jenderal Richard B. Myers | Sumber Gambar: defense.gov
Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld bersama Ketua Kepala Staff Gabungan Jenderal Richard B. Myers | Sumber Gambar: defense.gov

Pada November tahun 2000, George W. Bush terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-43 menggantikan Bill Clinton, sedangkan yang menjadi pendamping Bush sebagai Wakil Presiden tidak lain adalah Dick Cheney yang merupakan mantan protégé Donald Rumsfeld. Cheney juga ditunjuk sebagai ketua transisi pemerintahan dari Clinton ke pemerintahan Bush. Cheney pun merekomendasikan Bush untuk menunjuk kembali Rumsfeld sebagai Menteri Pertahanan untuk kedua kalinya. Bush pun setuju dengan gagasan Cheney ini dan menunjuk Donald Rumsfeld untuk kembali menjabat sebagai Menteri Pertahanan untuk yang kedua kalinya.

Ironisnya, Rumsfeld sebenarnya tidak begitu disukai oleh sang bapak dari George W. Bush, yaitu George H.W. Bush atau George Bush Sr., yang merupakan mantan Presiden Amerika Serikat ke-41 dan juga pernah menjabat bersama Rumsfeld di Pemerintahan Gerald Ford. Ketidaksukaan Bush Sr., terhadap Rumsfeld ditimbulkan karena peristiwa reshuffle besar-besaran Presiden Ford pada Oktober 1975 atau yang dikenal dengan Halloween Massacre. Bush Sr., menuduh Rumsfeld dengan sengaja menyingkirkan rival-rivalnya agar dapat naik ke posisi yang lebih tinggi di Pemerintahan Gerald Ford yang mana konon diduga bahwa Rumsfeld berambisi menjadi pendamping Ford sebagai Wakil Presiden pada pemilu tahun 1976. Namun George W. Bush tetap memilih Rumsfeld untuk menduduki kursi Menteri Pertahanan di pemerintahannya dan merasa bahwa Rumsfeld lah orang yang cocok untuk menduduki posisi Menteri Pertahanan di pemerintahannya.

Rumsfeld kembali menduduki posisi Menteri Pertahanan pada Januari tahun 2001. Sembilan bulan setelah Rumsfeld menjabat kembali sebagai Menteri Pertahanan, Amerika Serikat digemparkan oleh serangan terorisme terbesar dalam sejarah Amerika yaitu peristiwa 11 Semptember 2001 atau yang biasa dikenal dengan peristiwa 9/11. Pada saat Peristiwa 9/11 berlangsung, Rumsfeld tengah berada di kantornya di The Pentagon ketika pesawat American Airlines penerbangan 77 menabrak sisi Barat Gedung Pentagon. Rumsfeld yang terkejut akan hal tersebut lantas turut berpartisipasi dalam proses evakuasi dan menolak untuk di bawa ke tempat yang lebih aman dan berusaha membantu mengamankan situasi hingga pada akhirnya situasi menjadi kembali terkendali di Pentagon.

Pasca peristiwa 9/11 inilah Pemerintahan Presiden George W. Bush kembali melancarkan peperangan guna menangkap dan memburu dalang dari peristiwa 9/11 ini. Rumsfeld beserta Chairman of the Joint Chiefs of Staff atau Kepala Staff Gabungan Militer Jenderal Richard B. Myers berkoordinasi mengenai lokasi kemungkinan tempat para gembong terorisme dilatih dan diberi tempat persembunyiaan. Rumsfeld dan Myers setuju bahwa jaringan terorisme Al-Qaeda pimpinan Osama Bin Laden adalah dalang dari peristiwa 9/11 dan mereka sedang bersembunyi di Afghanistan yang masih berada di bawah pemerintahan organisasi ekstremis anti Amerika dan Negara-Negara Barat, Taliban. Rumsfeld pun mengusulkan kepada Presiden Bush untuk melakukan penyerbuan militer ke Afghanistan guna memburu Al-Qaeda dan Presiden Bush pun setuju dan perang melawan terorisme pun dimulai, dengan diserbunya Afghanistan.

Donald Rumsfeld beserta Presiden George W. Bush dan Jenderal Richard Myers dan Paul Bremer di White House | Sumber Gambar: defense.gov
Donald Rumsfeld beserta Presiden George W. Bush dan Jenderal Richard Myers dan Paul Bremer di White House | Sumber Gambar: defense.gov

Tidak lama kemudian setelah Afghanistan mulai diserbu oleh Amerika Serikat pasca serangan 9/11, pemerintahan Taliban pun berhasil digulingkan pada Desember tahun 2001. Para simpatisan Taliban banyak yang melarikan diri, namun sayangnya pimpinan dari Al-Qaeda, Osama, tidak berhasil ditangkap dan sudah terlebih dahulu melarikan diri. Tetapi menurut Rumsfeld setidaknya digulingkannya Taliban yang menyebabkan Al-Qaeda kehilangan tempat perlindungan yang dijadikan basis operasional, dapat mencegah serangan-serangan terorisme yang akan datang.


Operasi militer di Afghanistan di bawah komando Rumsfeld dan Jenderal Myers terbilang cukup berhasil dan dapat memukul balik para organisasi-organisasi gembong teroris dari basis operasionalnya. Lantas dua tahun pasca keberhasilan invasi di Afghanistan, yaitu pada tahun 2003, terdengar pula desas desus bahwa Iraq dan pemimpinnya Saddam Hussein yang pada saat itu sudah menjadi salah satu musuh nomor satu Amerika Serikat, juga turut berpartisipasi memberi tempat perlindungan pada organisasi terorisme. Menurut Rumsfeld dalam buku autobiography-nya “Known and Unknown” hal itu semakin diperkuat dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Hussein paca peristiwa 9/11 yang seakan justru senang akan terjadinya peristiwa 9/11. Tetapi ironisnya, Hussein sendiri juga merasa takut dengan tumbangnya rezim Taliban di Afghanistan pasca invasi Amerika Serikat dan merasa khawatir jika Iraq dan pemerintahannya lah yang akan menjadi sasaran berikutnya.

Tidak lama kemudian muncul-lah isu bahwa Iraq juga sedang mengembangkan senjata pemusnah masal dan konon akan dijual kepada para organisasi terorisme guna melancarkan aksi-aksi mereka selanjutnya. Rumsfeld pun pada akhirnya mengusulkan kepada Presiden George W. Bush untuk menginvasi Iraq dan menumbangkan rezim Saddam Hussein. Bush pun pada akhirnya menyetujui gagasan untuk menginvasi Iraq ini. Pada Bulan Maret tahun 2003, pasukan Amerika Serikat dan koalisi pun pada akhirnya melancarkan invasi ke Iraq dan berhasil menumbangkan rezim Saddam Hussein yang pada akhrinya berhasil ditangkap pada Desember 2003. Tumbangnya rezim Saddam Hussein memang disambut dengan sorak sorai oleh para rakyat Iraq yang selama bertahun-tahun menderita di bawah terror rezim Saddam Hussein, bahkan rakyat Iraq beserta pasukan Amerika Serikat juga turut berpartisipasi dalam menumbangkan patung Saddam Hussein di taman Firdos.

Donald Rumsfeld bersama Presiden George W. Bush dan Jenderal Richard Myers dan Wapres Dick Cheney | Sumber Gambar: Getty Image
Donald Rumsfeld bersama Presiden George W. Bush dan Jenderal Richard Myers dan Wapres Dick Cheney | Sumber Gambar: Getty Image

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun