Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Membaca Krisis Ukraina dari Beberapa Poin Permasalahan

11 Maret 2022   16:07 Diperbarui: 12 Maret 2022   17:45 1936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Ukraine Viktor Yanukovych | Sumber Gambar: belsat.eu

Presiden Ukraine Viktor Yanukovych | Sumber Gambar: belsat.eu
Presiden Ukraine Viktor Yanukovych | Sumber Gambar: belsat.eu

Pada Bulan Januari tahun 2010, Viktor Yanukovych, yang merupakan mantan Perdana Menteri Ukraine berhasil memenangkan pemilihan umum Presiden Ukraine. Pada Pemilu Presiden Ukraine tahun 2010, Yanukovych mengalahkan Yulia Tymoshenko yang merupakan Perdana Menteri Ukraine pada waktu itu.

Terpilihnya Yanukovych sebagai Presiden Ukraine membawa angin segar bagi para politikus-politikus di Kremlin, Moscow, karena pada akhirnya mereka mendapatkan sekutu terdekat mereka menduduki kursi orang nomor satu di Ukraine. Dengan terpilihnya Yanukovych sebagai Presiden dapat dipastikan kebijakan-kebijakannya sebagai Presiden akan sangat membawa keuntungan bagi Russia dan sekutu-sekutunya. 

Yanukovych memang sempat menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Kepala Pemerintah Commonwealth of Independent States, yang merupakan Persemakmuran Negara-Negara pecahan dari Uni Soviet. Ukraine secara notabene memang bukan anggota dari Commonwealth of Independent States, tetapi ikut berpartisipasi dalam kegiatan Commonwealth of Independent States dan juga turut berpatisipasi dalam pendiriannya. Namun pada tahun 2018 mengakhiri partisipasinya di Commonwealth of Independent States pasca perang di Donbass dan ketegangan hubungan Ukraine dan Russia yang kian memanas.

Namun sayangnya masyarakat Ukraine sepertinya tidak memandang positif pemerintahan kepresidenan Viktor Yanukovych, hal ini disebabkan karena Yanukovych sepertinya terlihat seperti seorang “puppet” atau boneka Russia. Tidak hanya itu saja, pada masa pemerintahan Yanukovych sebagai Presiden Ukraine, Korupsi dan Nepotisme sepertinya kian merajalela di pemerintahan Ukraine. Yanukovych diyakini terus memperkaya diri sendiri selama masa jabatannya sebagai Presiden Ukraine, Yanukovych bahkan menggelontorkan dana besar-besaran hanya untuk membangun kediamannya di daerah Mezhyhirya yang dikenal sebagai Mezhyhirya Residence. 

Yanukovych juga dipercaya telah merubah Perekonomian Ukraine seperti menjadi rekening pribadi Yanukovych sendiri. Yanukovych juga menolak Ukraine untuk bergabung dengan European Trade Deal dengan alasan agar Ukraine dapat lebih mandiri dalam segi perdagangan Internasional. Tetapi banyak yang menilai jika keputusan Yanukovych menolak Ukraine untuk bergabung dengan European Trade Deal ini hanyalah dalih Yanukovych guna menguntungkan dirinya sendiri dan juga  kroni-kroni Yanukovych sendiri.

Demo masa yang menolak Presiden Viktor Yanukovych ketika menduduki kediaman Yanukovych | Sumber Gambar: edu.com
Demo masa yang menolak Presiden Viktor Yanukovych ketika menduduki kediaman Yanukovych | Sumber Gambar: edu.com

Puncak kemarahan rakyat Ukraine kepada pemerintahan Viktor Yanukovych pun terjadi pada akhir tahun 2013 dan awal tahun 2014, di mana rakyat Ukraine berdemo secara besar-besaran menuntut agar Yanukovych diturunkan dari kursi Kepresidenan Ukraine. Unjuk rasa besar-besaran pun terjadi pada awal tahun 2014 dan mencapai puncaknya pada 18 February 2014 atau yang dikenal dengan Revolution of Dignity. Pengunjuk rasa juga berhasil menduduki beberapa gedung pemerintahan dan juga gedung parliament Ukraine.

Melihat amukan masa yang semakin tidak dapat dibendung, parliament Ukraine pun pada akhirnya memvoting untuk mencopot Viktor Yanukovych dari kursi Kepresidenan Ukraine dan mengakhiri rezim Viktor Yanukovych. Yanukovych yang sudah lengser dari Kursi kepresidenan pun pada akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dari Ukraine dengan bantuan Russia yang mengirim pasukan khusus mereka, Spetsnaz, untuk mengamankan kepergian Yanukovych dari Ibukota Ukraine, Kiev menuju Ibukota Russia, Moscow.

Namun sayangnya, tumbangnya rezim Yanukovych bukanlah kabar yang baik bagi pemerintahan Moscow terutama Presiden Russia Vladimir Putin, karena salah satu sekutu terdekat mereka sekarang sudah lengser dari kursi Kepresidenan Ukraine dan rakyat Ukraine lebih memilih untuk dipimpin oleh Presiden yang tidak tunduk kepada Putin. 

Tumbangnya rezim Yanukovych inilah yang menjadi awal mula dari konflik yang berkepanjangan di Ukraine, karena di sisi lain pendukung Yanukovych dan juga penduduk Ukraine yang memilih agar Ukraine lebih dekat dengan Russia bahkan bergabung dengan Russia sekalipun ternyata masih banyak. Putin pun mulai menggunakan segala cara agar Russia tidak kehilangan pengaruhnya di Ukraine, terlebih lagi agar Russia tidak kehilangan pengaruh atas beberapa wilayah di Ukraine yang dianggap memiliki kepentingan bagi Russia, salah satunya adalah Peninsula Crimea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun