Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Rumah Tiga Lantai

12 Desember 2022   19:53 Diperbarui: 15 Desember 2022   00:15 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi jendela rumah. (sumber: pixabay.com/Gaertringen)

Mereka juga tidak ada yang melakukan pekerjaan sebagaimana orang biasa lakukan. Anak mereka juga tidak ada yang duduk di bangku sekolah sebagaimana anak-anak biasa. 

Pendek kata mereka sudah tercukupi untuk kebutuhan sehari-hari, entah sampai kapan. Bahkan untuk memberi upah pada kedua pembantunya disesuaikan menurut di mana mereka menghuni. 

Satu sama lain diberikan upah berbeda oleh majikannya. Namun keduanya merasa terpenuhi juga.

Mereka juga tidak memiliki kendaraan sebagai alat transportasi atau sekadar untuk rekreasi. Mereka hanya menggunakan alat transportasi umum bila hendak bepergian.

Tidak ada yang aneh dari kehidupan mereka dan semua berjalan seperti biasa. Tetangga di pemukiman itu juga mengetahui bahwa mereka satu keluarga besar yang menempati rumah ini bersama mendiang orang tuanya sejak sebelum tetangga berdatangan di pemukiman ini.

Namun demikian jalannya kehidupan keluarga ini mulai terusik sejak seorang pembantu rumah tangga yang menjadi teman pembantu perempuan di rumah megah ini yang melihat tumpukan sampah di pojok halaman dipenuhi lalat, dan bau busuk yang menyebar.

Katanya dari luar pagar pada teman pembantu di rumah megah itu seraya mencari tahu. "Itu tumpukan apa. Baunya busuk sekali, dan penuh dengan lalat?"

"O itu sampah biasa, dan bau busuk itu dari bangkai tikus,"jawabnya enteng.

Sementara seorang pemotong rumput mendengarkan pembicaraan itu dengan tatapan mata yang tajam pada perempuan pembantu yang ada di luar pagar.

"Kenapa tidak segera dibuang dan diangkut petugas sampah?"

"Masih ada yang belum dikumpulkan sampahnya. Nanti sekalian akan dibuang,"balasnya lagi tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun