Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tampang Siasat di Mata Kaum Kusam

22 Januari 2021   14:29 Diperbarui: 22 Januari 2021   14:38 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kaum kusam tau

Jabatan itu amanah bagi orang yang telah dipilih rakyat dengan sumpah

Karenanya pejabat yang amanah itu sibuk bekerja di tengah warga kelas atas, menengah, dan masyarakat bawah

Mereka berbagi dan berbaur agar jabatan yang dipikulnya menjadi berkah

Pejabat semacam ini fokus mencatat, mendata, merencanakan, merealisasikan, mengevaluasi, lalu kembali melaksanakan program yang menjadi prioritasnya. Begitu terus menerus selama jabatan yang diterima dipandang sebagai amanah selama kurun waktu tertentu

Kaum kusam juga tau

Ada pejabat yang cuma datang, duduk, bicara, lalu pulang, lalu esoknya datang lagi, duduk lagi, bicara lagi, pulang, kemudian habis bulan gajian. Begitu seterusnya tiada pernah bosan sampai pensiun

Suatu ketika datang bencana

Wabah, banjir, longsor, gempa bumi, gunung meletus, kecelakaan pesawat, dan korban, serta pengungsi di mana-mana

Kaum kusam memberikan simpati, empati, tenaga, pikiran, dan dana ala kadarnya untuk meringankan

Pejabat amanah yang memiliki kuasa tanggap, lalu bertindak segera membangkitkan semangat korban, kemudian mencari tau sebab musabab, selanjutnya  memberikan bantuan, dan merenovasi, membangun kembali kelak semua yang rusak akibat bencana alam tersebut

Sementara kaum kusam juga tau

Ada pejabat yang bicara semaunya, dan jauh dari harapan rakyat. Mereka tidak menyiarkan semangat untuk bangkit, mereka tidak bicara agar massanya terjun bahu membahu membantu, mereka sibuk nyinyir, menyindir, dan balik badan menepir untuk mencari siasat yang menguntungkan demi kepentingan politiknya sesaat

Wajah-wajah, dan tampang-tampang penuh siasat itu masih keluyuran di media massa. Media massa yang senang memberitakan dua sisi pemberitaan atas nama keseimbangan informasi, dan demokrasi

Lalu kaum kusam bertanya, "untuk apa siasat itu?Untuk apa oposisi yang hanya sebatas bicara saja?Untuk apa??

Ayo dong tinggalkan ngebacot tiada guna itu. Begerak serentak ke tiap sudut negeri mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan bencana susulan datang kembali

Namun akhirnya sia-sia juga. Suara kaum kusam sejatinya telah hilang ditelan oleh gelombang siasat dari orang-orang yang tidak sabar untuk berkuasa di negeri yang potensi bencananya tinggi

"Apa daya?"tanya kaum kusam lagi perih

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun