Sebab rencananya bekas area ini akan dijadikan bangunan pabrik bagi pengelolaan hasil pertanian masyarakat.
Bangunan pabrik yang akan didirikan itu juga hasil musyawarah desa, yang disetujui oleh masyarakatnya. Biaya yang didapat juga berasal dari pemerintah pusat, dan daerah. Sehingga tidak ada kesulitan untuk pembangunannya.
Namun rencana ini mendapat halangan dari seorang ahli waris di makam itu. Ia menolak jasad tulang belulang kakeknya dipindahkan. Lantaran wasiat yang diterima ahli waris seperti itu dibuktikan dengan secarik kertas bermaterai sebagai surat keterangan wasiat dari kakeknya yang diperlihatkan pada aparat desa.
Isi surat wasiat itu menunjukkan seolah almarhum sudah mengetahui rencana makam akan dijadikan pabrik suatu hari kelak. Padahal dari tanggal testament itu sudah terhitung puluhan tahun, yakni tahun 2000 lalu. Si kakek sebagaimana pengakuan ahli waris, dan tahun yang diterakan pada nisannya, wafat 2001.
Akan tetapi penolakan itu tidak punya arti apa-apa bagi desa, dan masyarakatnya. Sebab akhirnya diketahui, baik si kakek maupun ahli waris bukan asli warga desa tersebut. Entah bagaimana ceritanya justru dimakamkan di desa ini, dan mendapat persetujuan dari kepala desa di masa itu.
Karenanya rencana pendirian pabrik pun tetap berjalan sebagaimana yang telah direncakan semula.
Seiring waktu tidak lagi menjadi perbincangan soal tersebut. Namun tiga hari belakangan muncul keaneh-anehan yang dirasakan oleh warga desa di sekitar pekuburan tua tersebut.
Semula tidak dianggap rumor yang didengar dari pengakuan warga di luar desa ini yang melewati kuburan itu, kini justru dirasakan oleh beberapa warga yang melintas di jalan tersebut.
Warga mendengar rintihan suara perempuan, juga ada warga yang terasa kepalanya dihujani batu, serta ada yang melihat sosok bayangan di balik pepohonan bambu. Semua kejadian dialami pada malam hari.
Di malam yang ke lima persis pada malam jumat kliwon, lima orang warga diutus kepala desa untuk menyelidiki hal itu. Kelimanya menyebar di area pemakaman. Namun hingga pagi hari tidak ditemukan kejanggalan sebagaimana yang pernah dialami warga desa, dan orang di luar desa.
"Tidak ada apa-apa, pak. Cuma nyamuk dan suara jangkrik, kodok, burung, binatang lain,"kata Kojo yang diakuri oleh keempat lainnya.