Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Mas Kom, Tuan Pas, dan Ongol-ongol Mbak Lana

12 Juli 2020   12:27 Diperbarui: 14 Juli 2020   18:55 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gerobak dagang. (Foto: Dokumentasi pribadi)

Namun Tuan Pas rupanya juga punya feeling frontal pada Mbak Lana. Tapi, Mas Kom tidak pernah curiga, bahkan menganggap Tuan Pas sering datang di siang ini sekadar minum kopi saja. 

Rupanya Tuan Pas rajin sambangi warungnya oleh sebab kehadiran janda ini semata. Bukan main! Di luar dugaan, Mas Kom akhirnya menganggap Tuan Pas jadi kompetitor beratnya yang tidak bisa diremehkan.

"Jadi kapan saya bisa menemui orang tua Mbak?" tanya Tuan Pas sepenuh hati yang didengar Mas Kom setengah semaput.

"Kapan ya?" goda Mbak Lana malu-malu dan melirik Mas Kom yang cemberut padanya.

"Akhir bulan ya saya ke sana. Kita kawin!"

Tuan Pas tidak tersenyum dan juga tidak tertawa. Ia serius mengutarakan itu, bahkan meminta dukungan pada Mas Kom seraya bilang, Mas Kom yang akan jadi saksinya nanti. 

Mendengar namanya disebut, Mas Kom pura-pura cuci gelas yang sebelumnya sudah dicuci dari ember kecil di bawah meja warung. Ia tidak perlu membalasnya.

"Bagaimana, Mbak?" ulangnya memastikan dan menunggu jawaban,

Tapi rasanya Mbak Lana tidak enak hati untuk mencoba kembali menjawab hal itu. Ia kemudian diam saja. Tinimbang bakal terjadi salah pengertian, mbak Lana memutuskan untuk segera meninggalkan warung ini. 

Ia pamit, tapi tidak sepatah katapun keluar balasan sebagaimana biasa yang ia dengar dari Mas Kom. Justru Tuan Pas yang begitu semangat mengiringi Mbak Lana keluar dari warung ini.

"Sampai ketemu di kampung Mbak ya?" senyum Tuan Pas mengembang dan Mbak Lana juga melirik antara senang dan galau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun