"Aki Sanca, tunggu!"
Orang tua ini tak menoleh dan terus berjalan. Dimin ikuti langkahnya hingga ke rumah. Ia tak ingin urusan ini tertunda. Karenanya ia perlu bicara.
"Maaf, Ki. Aki tidak bisa membatalkan secara sepihak. Semua sudah tandatangan. Tinggal Aki yang belum terima uangnya. Ini saya bawakan. Barangkali Aki merasa tidak nyaman menerima uang di rumah Kang Dayat."
"Bawa kembali uang itu. Saya sudah merobek surat perjanjiannya. Silakan keluar."
"Begini Ki.."
"Silakan keluar!"Aki Sanca meradang.
Di luar, beberapa orang yang berkaitan dengan urusan tanah ini punya harapan, Dimin telah berhasil mengendalikan orang tua itu. Tapi nyatanya tidak. Mereka kembali, namun selama perjalanan Jimbul sempat angkat bicara.
"Orang tua itu seharusnya digertak saja. Digugat."Â
"Tidak perlu. Orang tua seperti itu akan semakin menentang. Biar saja."
"Menentang semakin bagus. Kita punya bukti."
"Terlalu panjang urusannya. Aku punya cara lain."