Diambil ancang-ancang, untuk mengangkat kantong, yang besarnya nyaris sebesar tubuhnya itu.
Memang lebih berat dari biasanya. Namun Elis seperti biasa, akan berusaha kuat di hadapan sang nenek. Dia tak ingin neneknya itu merasa terbebani dan sakit.
Diikatnya tali kantong itu. Dia berusaha berakting di depan sang nenek agar beliau tak khawatir. Berusaha mengangkat tanpa kelihatan berat di hadapan wanita tua itu.
"Berat, Nduk?" tanya Nek Asri dengan tatapan sangat khawatir.
"Nggak, Nek! Semoga laris ya, Nek? Bismillah...," sahut Elis seraya meletakkan kantong plastik itu di hadapan Nek Asri, untuk salim pamitan sebelum berangkat.
Setelah itu dia berusaha mengangkatnya sekuat tenaga, karena pasti neneknya itu masih memandanginya hingga menghilang di belokan gang rumah Tania, sahabatnya.
"Oalah, Nduk... Nduk...," desis Nek Asri melas.
Dia tahu sekali sang cucu berusaha menguatkan diri di hadapannya.
"Jangan khawatir, Nek. Elis anak yang kuat, kok!" begitu sahutan sang cucu setiap saat, jika dia bertanya.
Saat teman lainnya masih bergelung di bawah selimut, Elis sudah berjuang, mampir dari satu warung ke warung lainnya, untuk menitipkan kue buatan sang nenek, sambil berangkat ke sekolah.
Dia juga menitipkan di kantin sekolah. Beberapa buah dia bawa ke kelas untuk dijajakan ke temen sekelasnya. Elis berusaha membantu sebisanya untuk meringankan beban sang nenek.