Saya berasumsi, tentu ayat-ayat itu sudah sering didengar, dibaca, dan diketahui oleh jemaat, atau telah beberapa kali diperdengarkan kepada jemaat. Nas-nas itu digemakan kembali untuk mengingatkan, memberikan penguatan.
Pendeta menekankan beberapa poin, antara lain agar kita tidak gelisah dalam menghadapi permasalahan di dunia ini, termasuk kematian.
“Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia,” kata pendeta mengutip isi 2 Korintus 5 ayat 1.
Selama manusia hidup dalam “kemah”, ada masalah. Tekanan hidup, gempa bumi, peperangan, atau lainnya jangan sampai membuat kita gelisah. Dunia ini fana. Dunia ini akan lenyap, dalam kekuasaan si jahat. Amat berbeda dengan rumah yang sudah disediakan oleh Allah. Yang abadi dan indah. Yang bebas dari masalah.
Oleh sebab itu, kita diajak untuk belajar untuk melihat sesuatu yang tidak tampak dengan mata jasmani, tetapi bisa dilihat secara rohani, yaitu yang berasal dari Tuhan.
“Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah ke bumi di bawah; sebab langit lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari pada-Ku tidak akan berakhir,” demikian isi l Yesaya 51 ayat 6 yang menjadi pijakan apa yang dikatakan oleh pendeta.
Pengganti "kemah" adalah rumah abadi di rumah Allah. Di sana tidak ada kedukaan, kecemasan, ataupun masalah.
“Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya”, demikian Yesaya 11 ayat 6 menggambarkan dunia abadi nan indah dan damai.
“Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu,” kata Wahyu 21 ayat 4.
Pendarasan poin-poin penting itu seperti sebuah lagu bertempo cepat, yang tak kalah penting dan tak kalah berisinya dengan lagu bertempo sedang atau lambat yang sering saya dengar.