Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Para Korban Kecanduan Pornografi

29 Februari 2024   22:37 Diperbarui: 9 Mei 2024   07:39 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendatipun siswa tidak pernah membeli video porno, mereka mengalihkan perhatiannya pada sesuatu wujud di luar proses pembelajaran sekolah, yang kadangkala membosankan. 

Siswa sekolah menengah dan anak remaja secara umum tidak membutuhkan permainan harga gambar porno karena sifat polosnya mereduksi permainan video.

Hanya dengan modal 50 ribu rupiah, seorang siswa sudah bisa mengakses pornografi anak-anak. Dari hasil jual beli dengan harga yang sama tersebut, maka video porno anak-anak sudah menggondol 441 video porno anak-anak. Wow! Fantastis! Kita juga bisa bayangkan bagaimana dengan harga video porno yang lebih "wah" dan lebih mahal lagi.

Yang rentan justeru terletak pada permainan pornografi, bukan dari kecanduannya. Kita pikir ada korban? Saat penjual meyakinkan pembeli dari siswa tidak pernah mengatakan barangnya tidak ada.

Satu sisi, penjual memainkan video porno ke calon pembeli, ujung-ujungnya keuntungan yang dikejar berubah menjadi ilusi. Begitulah ilusi bekerja di dunianya sendirinya. Ilusinya dimana?  

Peredaran video porno anak-anak sudah terbongkar oleh polisi. Video dan foto porno ditemukan oleh penyidik. Penjualan video porno anak-anak sesaat, kejahatan terkenang seumur hidup. Itulah ilusi.


Di sisi lain, jual beli video porno anak-anak berbeda dengan harga beli 2 dapat 1 layaknya orang yang doyan nge-mall. Ia bukan diskon-diskonan saat jual beli video porno di pasar terbuka. 

Tidak heran, jual beli dilakukan di pasar gelap. Entah itu melalui aplikasi perpesanan, "dark web," atau medsos dengan grup tertutup terjalin jual beli video porno.

Cukup pesan berapa banyak video porno, maka anak sekolahan di jenjang pendidikan menengah sudah bisa mendapatkan barangnya. "Aman gak nih?" Itulah rasa was-was dari calon pembeli. Yang penting, dilarang bisik-bisik tetangga. Nanti ketahuan, heboh jadinya!

Bagi anak remaja atau siswa sekolah menengah dalam mencari siapa dirinya, bukan untuk memainkan pornografi agar mendapatkan kepuasannya. Mereka mulai dari iseng-iseng, akhirnya mendapatkan penyaluran seksual yang belum matang. 

Satu contoh saja. Oknum siswa sekolah menengah ingin memuaskan bukan dengan gambar porno, melainkan melalui pintu transaksi jual beli video porno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun