Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hasrat dan Kesenangan

16 Desember 2022   09:05 Diperbarui: 16 Desember 2022   09:39 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang teks hasrat dan kesenangan (Sumber gambar: prweb.com)

Sejauh ini, hasrat diperhadap-hadapkan dengan ego cogito. Birahi menantang logos. Esensi tidak diberikan secara percuma dari 'mekanisme penerimaan dan penolakan'. 

Agar energi hasrat dan kesenangan berubah menjadi suatu pernyataan langsung, maka sesuatu yang lahiriah dibentuk oleh jalinan relasi antara libido dan modal, kalimat dan logika, lukisan dan teks.

Definisi hasrat (cupiditas) dan kesenangan (laetitia) telah dijelaskan dalam teks Spinoza, Ethics (1959). Menurut Spinoza, hasrat merupakan suatu esensi manusia dan kesenangan adalah peralihan manusia dari hal yang kecil ke kesempurnaan yang lebih besar (1959 : 128). Tentu saja, definisi tersebut sekadar dikutip dari salah satu dari sekian banyak filsuf tentang apa yang dimaksud dengan hasrat dan kesenangan dari filsuf besar lainnya.

Sejak obyek hasrat memiliki rangkaian tuntutan yang mendasar untuk memilih apa-apa yang dapat dialiri dengan kesenangan, relasi logika dan kalimat, libido dan kata-kata tidak lagi bertitik tolak dari penampakan yang eksklusif, melainkan pergerakannya melalui diskursus teoritis. 

Yang dipilih melalui diskursus ilmu pengetahuan dan kesenangan terhadap tulisan adalah yang tidak berada dalam aliran hasrat.

Tetapi, di taraf relasi, seperti ilmu kimia dan parfum (teori dan konsumerisme). Dari sudut pandang ini, kita akan melihat sebuah perubahan tidak datang dari cerita-cerita yang hanya sisi terucapkan, tetapi, permainan bertopeng. Obyek menyerap tiruan mengikuti produksi melalui arus-arus permulaan dimana ia pertama kali dibentuk.   

Bandingkan, situasi sekarang yang terkait dengan pergerakan arus hasrat dari ketidakhadiran cara berpikir logis formal, mirip serdadu bergerak secara teratur dan linear, dibandingkan dengan figur moneteris yang terbentuk meletakkan seluruh kurva di titik puncak menyertakan diskursus keuangan ke pernyataan-pernyataan telah diverifikasi tiba-tiba menuntut tapal batas nilai ilmiah.

Aliran hasrat apa yang bisa ditopang dengan proposisi-proposisi? Tatkala sampai saatnya kelak, jejak-jejak tanpa tubuh lahiriah akan melibatkan tapal batas pertukaran nilai, yakni nilai tanda menjadi nilai nyata berada dalam ketidakseimbangan dan ketidaksimetrisan. 

Dalam hal ini, kelengahan tidak berarti nilainya sama dengan ketidakseimbangan, tetapi, kekosongan yang tidak terkatakan. Rezim dalam rezim.

Wilayah pembentukan diskursus teoritis tentang hasrat dan kesenangan dari sudut pandang yang lain. Dalam persfektif Deleuzean, hasrat sebagai energi dihubungkan dengan aksioma kuantitas yang abstrak bernama modal uang terjalin relasi saling mengisi antara individu dan sosial dalam rezim tanda.

Betapa ilmu pengetahuan tidak menuntut kelegitimasian atau keotoritasannya, tetapi, makna perbedaan dan ketidaksemitrisan sesuatu banyak ditemukan dalam diskursus teoritis. Sebaliknya, seringkali kita lebih melihat benda-benda diantara jejak-jejak permainan menjadi pertukaran tanda, hasrat menulis, dan kesenangan atas sinema.

Padahal, kesenangan tidak dilibatkan secara otonom, arus kehidupan keluar dari tapal batas-tapal batas penantian panjang bagi definisi atau proposisi baru muncul diantara susunan-susunan lama yang tidak terpecahkan. 

Terhadap nilai ilmiah, penemuan-penemuan menjadi kesenangan padanya di luar performavitas ilmu pengetahuan. Kesenangan pada yang nyata tersembunyi dari perubahan terus menerus menguji dirinya sendiri sebagai kelahiran dunia yang terseksualkan. Ia membantu mode wujud terbentuk.

Di sini, tubuh yang terseksualkan dimaksud adalah nyata. Ia terbentuk jauh sebelum posisi depan dan belakang dinyatakan menjadi teks dan simbol. Mustahil muncul pergerakan kode-kode di balik pertukaran, tanpa dimuati oleh teks atau simbol. Apapun kegigihan proposisi untuk mempertahankan alasan-alasan secara ilmiah dan non ilmiah. Ia akan menemukan hasrat-hasrat lain yang menantang, di luar dirinya hingga tapal batas ilmiah.

Dalam hal ini, segala sesuatu yang tidak diketahui dalam kehidupan, di situ pulalah teks-teks akan mengatur dan menyalurkan melalui hasrat untuk menulis di media sosial. 

Daripada hanya mengumbar tanpa arah, mendingan hasrat yang terkontrol dalam kehidupan. Tulisan yang terarah sesuai hasrat yang terkontrol. Demikian pula kesenangan untuk membaca berita atau tulisan di media online, yang setiap saat akan dianggap kebenaran-kebenaran yang ditopengkan dengan hasrat melalui tubuh. 

Ketidaksadaran, keindahan, penjelajahan, dan (de)teritorialitas ala Deleuze masih penting untuk diperbincangkan sepanjang mereka dikaitkan dengan relasi-relasi.

Dari tapal batas-tapal batas perbedaan dijelajahi agar pembentukan arus-arus membatasi halangan dapat diuraikan oleh pengetahuan. Tidak penting juga untuk dibicarakan tapal batas keilmiahan sepanjang masa pembentukan relasi-relasi, yang ditantang oleh permulaan teori yang hanya berpijak pada satu susunan dalam ketidakseimbangan. 

Setiap pembentukan relasi-relasi yang disusun, disebar, dan dinilai menjadi teks-teks ilmu pengetahuan.

Hasrat untuk mengetahui jejak-jejak peristiwa penemuan ilmiah karena seiring dengan rasa ingin tahu yang besar. Misalnya, penemuan sel-sel syaraf otak, yang secara khusus berhubungan dengan hasrat untuk memengaruhi kerinduan warganet akan makna hidup di medsos. 

Bidang-bidang pemikiran paling diminati individu sebagai kesenangan tidak harus terpusat pada hasrat untuk mengetahui lantaran ketidaktuntasan membaca teks tertulis.

Dari jejak-jejak kekosongan berada dalam apa yang dibicarakan dan apa yang ada di dalam penampakan disebut diferensiator. Esensi perbedaan tidak menerima rujukan pada selain dirinya, berarti ia bukanlah penyebab dari setiap rangkaian peristiwa ilmiah dan filosofis. Kesenangan pada a priori matematika, tanpa (a) kemunculan individu yang membaca dan (b) mementaskan apa yang terdapat pada naskah, arsip atau teks tertulis. Konseptor, penulis atau pengarang adalah 'diferensiator' yang menggabungkan keadaan konseptual dan keadaan faktual, diskursus teoritis dan praktik diskursus melebihi huruf atau citra yang memencar dan melintang dalam ingatan dan fantasi.

Dalam kesenangan pada dunia nyata dari ilusi, seperti membaca novel tentang kebebasan mutlak yang diimpikan oleh seseorang agar terwujud di seantero jagat. 

Ia bukanlah semacam pertentangan pemikiran, melainkan perbedaan hasrat dan kesenangan individu atas kebebasan. Dunia nyata yang dialami sebagian individu akan dipaksakan menjadi kebebasan tidak lebih dari sebuah ilusi.

Setiap sesuatu yang dipaksakan pada hasrat dan kesenangan akan terasa hambar. Karena itu, setiap dunia nyata yang ingin kita rahi dengan cara melampaui batas dan tidak terkontrol akan berujung pada ilusi.

Akhirnya, hasrat untuk memiliki sesuatu yang meluap-meluap akan lenyap secepat ilusi datang pada seseorang yang terlena dengan kebebasan. 

Sudah sampai di sini. Sebagaimana teks tertulis yang tidak menarik isinya dibaca. Sehingga akibatnya, ia begitu mudah direnggut oleh yang malasnya seseorang untuk membaca. Hasrat dan kesenangan merosot karena kemalasan.

Meskipun terdapat ruang pengetahuan yang mendukungnya untuk tetap melengkapinya; tetapi ketidaktuntasan relasi antara cogito sebagai kegilaan dan ingatan sebagai jejak menjadi bentuk pembacaan kembali atas peristiwa baru dan berulang. 

Perbedaan selalu berkaitan dengan seluruh permukan yang kita ketahui dan berada di bawah permukaan perlu penafsiran baru. Setiap permukaan yang jelas untuk mengatasi tiruan.

Hanya permukaan kesenangan atas benda-benda dan obyek yang mampu diucapkan. Tetapi, ia masih perlu lagi melibatkan pemikiran atau penafsiran ulang. Syarat pelibatan pemikiran atau suatu penafsirang mesti dimulai dari hasrat untuk mengetahui. Terlebih lagi, pemikiran tentang tubuh seksual menyeruak ke bagian permukaan.

Hasratlah yang bisa terjerumus dalam kecanduan membaca gambar dan tulisan di medsos. Untuk kepentingan siapa, sehingga pemikiran belum menerobos rahasia besar tentang kematian, seiring teka-teki permainan dimasukkan sebagai perubahan menuju titik tolak kesenangan untuk melihat indahnya pelangi. Segala sesuatu yang luput dari pikiran bisa diarahkan ke kesenangan, yang bisa juga bermain secara timbal-balik dengan hasrat dalam relasi yang dibentuknya.

Titik akhir hasrat dari seseorang dinyatakan tidak gila lagi justeru menemukan dirinya dalam  permulaan suatu kesenangan. Setiap kali ilusi, citra dan simulasi di sekitar kita datang membawa korban, disanalah kesenangan bertukar dengan "kesenangan radikal". 

Peristiwa ironi kesenangan terjatuh dalam keimanenan. Demi mekanisme pembentukan wilayah permukaan lebih nyata, arus hasrat dan kesenangan yang imanen keluar dari kedalaman yang kosong hanya melalui tubuh dan diantara benda-benda melebihi permukaan itu sendiri.

Hasrat diikuti kesenangan pada yang nyata melalui permukaan tubuh; sepasang mata dengan tatapan tajam menjadi arus di atas permukaan diantara benda-benda, suatu permukaan yang tidak ditolak melalui ingatan dan kata-kata. Pergerakan rangsangan permukaan tubuh yang melingkar hanya perkara relasi antara hasrat dan kesenangan bergerak secara mekanis dari tatanan organik ke tatanan mesin. 

Katakanlah, rangkaian teks Foucault, Lyotard, Derrida, Deleuze, dan Guattari memiliki pemikiran tentang bio-mesin, yaitu hasrat, ingatan, mimpi, fantasi, modal, dan citra.

Selain relasi pengetahuan, kesenangan dan hasrat nampak tidak mudah bebas dari oposisi duaan, seperti bagaimana 'permukaan' dan 'kedalaman', 'tinggi' dan 'rendah', 'pinggiran' dan 'pusat', dimana ada wujud dan keluar dari tempat yang berbeda.

Segalanya adalah kesenangan pada yang nyata. Kesenangan yang menandai dirinya sendiri memberikan suara pada rangkaian kata-kata dalam kesatuan energi kosmik 'Bumi', 'Ayah'-'Ibu'-'Anak', dimana kekuatan yang lahir melalui usaha kehidupan yang tidak berakhir datang dari mereka.

Disamping mata menjadi satu hal yang dapat memunculkan imajinasi, bukan sebagai tanda menjadi kegemaran diri (akolasia), karena seseorang telah mencapai tingkat kesenangan meraba, mengelus, dan merayu dengan dilintasinya suatu obyek hasrat melalui tubuh.                      

Ada banyak alasan, mengapa relasi-relasi semakin mendekat pada kata-kata yang tidak bisa diisi dan diawali dengan kepenuhan materi. 

Apa yang dikatakan di sini, tubuh, ingatan dan hasrat menjadi sesuatu yang tidak dinamakan atas dirinya, kecuali mulai merangsang ketidakhadiran yang menyolok. Ketidakhadiran (re)produksi mimpi: hasrat-modal-sutradara-aktor (dimiripkan sang subyek), media-layar-pertukaran-teks-tontonan (dimiripkan sang obyek). Titik pergerakan tanda, yaitu tubuh ditambahkan dengan arus produksi hasrat dan arus modal. Dimanakah pikiran kita? Tetapi, hasrat individual keluar dari dirinya sebagai cara untuk memasuki kegilaan dalam bentuk lain. "Kegilaan tidak dapat diterima bagi subyek yang sangsi," begitu kata Derrida dalam Writing and Difference (2001 : 56). 

Sejak rayuan, kesenangan terhadap musik berkenaan dengan momentum kehidupan benar-benar diarahkan pada relasi-relasi yang memungkinkan terbentuknya sumber-sumber penandaan, diantaranya analisis tentang musik dari Marcel Proust, Roland Barthes, Nietzsche, dan Derrida. 

Dari sini, serangkaian relasi logis-numerik: "volume" dan "durasi"; relasi tanda: "akustik"; relasi penanda: "citra visibel"; relasi retorika: "suara", relasi analogis: "teater", "aktor", "komposer" dan sebagainya terbentuk.  

Mereka membawa ke puncak kejayaan musik, bukan hanya telaah buku-kotak musik, tetapi juga dari pembentukan relasi-relasi. 

Lupakanlah penderitaan! Bernyanyilah! Melalui teks musik, satu waktu, ia menjadi buku kuno, tanpa pesan atau kata akhir, dan di waktu lain menjadi garis-garis permukaan melalui pembacaan atas topeng yang tidak memiliki titik celah.

Kita tidak diganggu oleh perangkap ganda: tuturan dan tulisan, Perangkap dalam perangkap dari benda-benda yang dipantulkan oleh pikiran, bukan materi jejak. Setiap bacaan kita atas teks atau tanda-tanda lain selalu menunjukkan materi jejak. Materialisasi ketidaksadaran tidak berada di luar pikiran, tetapi dalam tanda yang tercelup. Tanda ini bukanlah gambar-suara tertulis biasa, tetapi, "sang penghimpun" jejak-jejak.

Apa yang terjadi dari akhir konsumsi melalui kekerasan kode, yaitu tanda hasrat yang kabur, bukan dari teks-bacaan asing yang sulit dipahami. 

Karena kekaburannya, hasrat murni dan hasrat mengambang ditelan oleh hasrat untuk kuasa. "Hasrat untuk kuasa merasukiku." "Hasratku yang menggelikan ddalam diriku keluar di antara obyek-obyek yang tidak dapat disalurkan." Hasrat yang terkekang tidak untuk dihasut karena kekaburan realitasnya sendiri.

Hal penting dari hasrat adalah mengontrol dirinya dalam ruang yang lain, yang tidak dikenal medan laganya. Kata lain, seseorang bisa jadi ceroboh untuk memframing soal pribadi orang lain. Yang yang menggelincirkan bukan hasrat yang terkekang, tetapi seseorang yang pergerakannya dibutakan oleh kebebasan tanpa akhir. Hasrat yang terkekang, maka kebebasan dinetralisirnya dalam kesenangan yang.

Bisa saja seseorang memilih bacaan teks tertulis yang disenanginya dan memberinya suatu penilaian, bahwa bisa saja termakan dengan sosok fiktif. Seseorang dalam membaca teks yang dengan cara sembrono menafsirkan apa yang dikandungnya. Tidak ada teks yang sama, kecuali titik kebutaan atas teks, berarti melupakan dirinya sendiri.

Justeru, setiap orang yang dengan mudah terperangkap dalam kesenangan atas teks tertulis yang dimilikinya adalah semudah-mudahnya satu perangkap. 

Satu perangkap dari kesenangan atas teks tertulis (terutama taraf ideologi), yang dimilikinya setelah kita keluar dari permainan Cogito Cartesian tertutup bagi dunia lain. Terhadap kesalahan penafsiran, mungkin hanya satu sisi, tatkala kita melarutkan diri tanpa diagnosis, pengacakan, peretakan dan pembaruan kembali apa-apa yang menjadi bahaya perangkap teks yang kita gumuli secara tidak sadar.

Dari kekuatan yang tersisa, mimpi dan halusinasi melebur menjadi suatu permainan nyata seperti rangkaian teks tertulis memiliki agen pertukaran dari nilai simbolik matematika. Sebagai tanda, matematika memiliki relasi-relasi individual, jika dimaksud sebagai tatanan logika dan kekonsistenan terhadap sesuatu.

Misalnya, kesepakatan umum telah diterima, maka semuanya mesti menjaga secara lebih konsisten. Nota kesepakatan yang memuat teks tertulis menjadi "ejakulator." Logika kesepakatan umum menjadi tanda-tanda yang menunjukkan bagaimana cara seseorang bermain. 

Terlepas dari logika kesepakatan umum mengandung ironi atau bukan, nampak benar-benar bagi kita melihat kerawanan melodrama perjuangan dari novel sejarah budak di bawah arus produksi hasrat tuan.  

Kita tidak memulai perbincangan setelah teks dirampungkan hanya dengan mesin kata-kata, tetapi juga mesin ingatan melalui bank kenangan, album foto, kaleidoskop, dan arsip film yang tidak melawan relasi antara arus produksi hasrat dan ekonomi. Misalnya, rokok atau busana.

Tidak peduli harga dan indeksnya menjadi suatu permainan dengan kode yang dibentuknya. 

Telinga-telinga dipasang alat pendengar jauh dari ambang batas hasrat dan kesenangan. Tetapi, kepada sang penemu besar, kukatakan (pengarang) padanya. "Aku ingin menulis tentang kisah getir Anda." "Aku tidak memulai kisah Anda dengan bulu kuduk." "Anda ingin mengkonsumsi obat sambil membaca buku." Segalanya adalah aliran hasrat.

Kembali ke tema yang mungkin dilupakan sejenak dalam pergerakan ingatan dan khayalan, yang menerawang kosong setelah tidak ada lagi yang dapat dipertahankan. Dari pertukaran tanda hasrat dan kesenangan dalam peristiwa sebagai "jejak-jejak yang terpencar". Setiap celah kata-kata yang dituliskan, selanjutnya menjadi bahan pembicaraan atau sebaliknya. Keduanya tidak akan pernah solid tanpa pergerakan hasrat dan kesenangan.

Tanda-tanda untuk mulai menata diri dalam kehidupan melalui hasrat dan kesenagan. Hal-hal yang kita usahakan dalam kegiatan pengamatan, seperti terhadap peristiwa yang kompleks di era pasca-manusia akan melibatkan hasrat untuk mengetahui.

Simponi kehidupan terus menerus bersama tanda, yang tidak pernah melawan hasrat dan kesenangan. Sebaliknya, teks tidak tertulis diharapakan menjadi tititk temu antara aliran hasrat dan kesenangan tanpa mubazir. 

Teks tidak tertulis menyamarkan meditasi dan kebebasan. Teks tidak tertulis adalah ketidakhadiran bentuk penandaan yang independen.

Sementara, taraf yang jelas dan samar dalam teks tertulis bergerak di sekitar kita sebagai kesenangan padanya yang khas. Misalnya. Seorang postrukturalis membaca tulisan kurs mata uang  terdepresiasi di berita utama koran.  Dokter membaca teks berjalan sebuah iklan parfum di televisi." Kedua kalimat tersebut bukanlah relasi antara permukaan dan rangsangan, melainkan titik "kebutaan rujukan." Teks sebagai tubuh menunda rujukan terhadap pembentukan relasi antara istilah dan produksi nampak jejak-jejak lain sebagai mesin ketidaksadaran.

Peristiwa kecil dalam rantai teks tidak tertulis menuju korban kesadaran. Kurs mata uang dan iklan parfum bukan lagi bagian dari citra modal atau tanda hasrat. Ketidaksadaran teks muncul di saat tidak ada lagi 'mesin dalam mesin': mesin kertas atau tulisan otomatis.

'Mesin uang' sebanyak 'mesin tulisan'. Tidak jauh dari mata manusia, tulisan yang disusun dan kesenangan apa saja terhadap huruf atau jaringan alfabetik. Huruf-huruf yang tersembunyi apalagi mode wujud pada mesin uang atau mesin kertas digunakan oleh orang dan saat tulisan otomatis muncul sebagai aparatur kesenangan dalam kehidupan. 

Hal lain, mesin uang menyatu dalam mesin tulisan juga tidak lebih nyata dari ketidakhadiran perbedaan kesenangan pada yang nyata. Modal-uang merupakan anugerah organ yang membujuk rayu akibat titik cair hasrat yang menggelembung seiring kesenangan pada yang nyata secara mekanis.

Betapa kengerian dinetralisir oleh kesenangan. Tatkala seseorang melepaskan sisi kengerian, citra deus ex machina keluar dari fungsi sebagai sutradara, aktor dan panggung atau pengarang, pembaca dan kertas.

 Terlalu lambat sesuatu yang tidak tepikirkan menjadi 'kegilaan'. Kehidupan dimasukkan dalam kolom, paragraf, dan fragmen yang tersusun untuk dintimi. "Anda tahu ini adalah produksi citra yang dipasarkan. Kami sedang mengawasi produk terlarang. Demikian juga kami. 

Terima kasih pada Anda, berkat gerakan Anda, produksi telah merosot. Anda memainkan permainan itu, aku menghentikan kebusukan rencana jahat Anda. Akhirnya, tidak ada pengadilan dan tidak ada hukuman, kecuali hanya daftar tuntutan."

Sebagaimana kesenangan untuk merenungkan tulisan dari seseorang, suatu tubuh tidak lagi digunakan untuk saluran pemuasan, dari pengakuan ke kesaksian di dalam relasi antara produksi dan teks.  Tubuh fisik bukan digunakan untuk menawarkan dan mengendalikan, tetapi sebaliknya digunakan oleh hasrat dan kesenangan, tatkala ada sesuatu yang tidak terpikirkan.

Bentuk tubuh lain bisa muncul, ketika teks dalam pengertian yang lebih luas ditemukan didalamya. 

Tetapi, tubuh fisik bukanlah kumpulan teks. Semakin teks dicari di belantara musik atau lukisan, semakin meningkat aliran produksi hasrat yang tidak terbendungkan. Segalanya terjadi bukan lantaran penggunaan persepsi atau representasi ingatan.

Kita akan kehilangan jejak karena tubuh tidak ditemukan lagi teks yang ada didalamnya. Sejauh orang-orang yang memiliki kesenangan untuk membebaskan dunia dari kecanduan teks tampak cukup dekat dengan energi hasrat sebagai kuasa yang memprogram dan mengendalikan permainan.

Dalam permulaan kata terakhir di tengah malam dan "dari seluruh kalimat yang muncul, dari terbit sampai tenggelamnya matahari. Saya meletakkan reproduksi setelah produksi hasrat untuk mengetahui dan kesenangan menulis bilangan ganjil. 

Dari terminal ke terminal lain", titik bacaan terhadap tanda yang terang muncul di tengah kata-kata sunyi sekaligus bergelora. Ia bergerak di dalam diri saya dari teks bacaan yang tidak akan selesai untuk ditulis secara tuntas.

Segalanya adalah kesenangan abstrak yang mesti dicari jalannya kembali, untuk menemukan sesuatu yang tidak diketahui dari mana memulai menuangkan kata-kata yang tertulis. 

Tatkala setengah perjuangan masih, maka satu kesenangan berada dalam teka-teki mimpi. Tanda mimpi membuat penasaran untuk ditulis titik celah yang belum pernah dibaca.

Pembacaan berulang-ulang atas teks tertulis memiliki celah yang mereproduksi kesenangan untuk berbagi dan hasrat untuk mengetahui. Satu contoh, "Aku menyenangi bacaan yang belum pernah dibaca." 

Bentuk kesenangan atau hasrat ini melintasi citra modal atau bahkan glosari dan katalog buku sebagai penjelajahan. Setelah bermain, tubuh tanpa bayangan menjadi kesatuan dalam bahasanya sendiri. 

Bahasa demi bahasa, rangkaian kalimat atau proposisi umum melalui mesin tulis menunjukkan tidak ada perbedaan bahasa matematika dalam mesin hitung. Mesin yang satu mengganti mesin yang lain.

Teks kesenangan masih perlu ditafsirkan kembali secara luas dan beragam sampai pembaca dan pejuang hiburan dengan permainan yang bergerak dari satu celah ke celah lain. Sosok ideal dan citra otoriter berbeda dalam penafsiran tanda kuasa yang disebarkan keduanya lebih meledak melalui hasrat atau kesenangan perang tulisan-media.

Kesenangan di malam hari tidak muncul di tempat hiburan dengan berbagai penampilan pada kesamaran cahaya dan kerlap-kerlip lampu, kesenangan muncul dari kesenangan itu sendiri. Kesenangan memiliki mekanisme. Sebaliknya, citra artifisial dianggap nyata pun tidak dikutuk kesenangan, malahan lebih meluapkannya.

Kesenangan menghitung secara matematis akan digagahi dengan kesenangan menulis secara mekanis, karena keduanya saling memaafkan untuk mengisi celah dirinya, memperingatkan dan membuka dirinya untuk diluapi dengan pengetahuan, khayalan dan hasrat. Tidak ada representasi diantara energi, karena kepluralan dalam ketidakjarakan arus.

Kesenangan membaca buku dari seseorang meletakkan dirinya menjadi hasrat untuk kuasa dengan memasukkan, menularkan, merapikan, dan menggandakan teks mimpinya sendiri untuk diserap oleh pihak yang menggabungkan dirinya dengan tanda efektifitas. 

Bagi pihak yang bersentuhan dalam rezim tanda, kumpulan teks tertulis di dalam program atau dokumen setelah dibaca hingga diperbincangkan secara umum tidak harus ditepati dan dijalankan, tetapi diacak dan didiuji kembali.

Setiap sesuatu yang telah dibaca dan diperbincangkan dari teks kuasa, khayalan dan hasrat melucuti dan membelokkan arus produksi gagasan massa menjadi '(re)produksi kesenangan' menjadi mesin kuasa. Disinilah, teks tertulis dilucuti keheterogenan tanda dan relasi dalam setiap produksi massa, seperti gaya, hiburan, hidangan dan teks tertulis menjadi aparatur kegilaan yang mengambang bebas. 

Dari rezim kuasa melalui mekanisme hasrat dan kesenangan sebagai mikrosistem abstrak. Saya melihat, tidak ada representasi teks dan (re)produksi kesenangan, jika rezim tanda hanya menjalin satu relasi dan mendominasi yang lain.

Karena itu, rezim tanda sendiri berada dalam relasi produksi. Taruhlah satu contoh sederhana, perang tulisan-media. 

Proposisi dan analisis tentang perang dengan tanda yang dimainkan didalamnya merupakan bagian dari hasrat sekaligus kesenangan. Di sini, (re)produksi kesenangan adalah kekuatan dari sebagian dan keseluruhan dalam kehidupan.  

Dalam ketidakhadiran logos dan luapan petanda transendental, perjuangan untuk kesenangan tidak berkaitan dengan penafsiran teks. 

Perjuangan yang direkam atau diingat melalui teks lagu, pidato, citra virtual dan buku revolusioner yang disenangi mengatasi petanda transendental yang cukup membingungkan. Petanda transendental hanyalah titik kehadiran pusat.

Tetapi, permainan naif muncul dari wilayah permainan tanda hasrat untuk menaklukkan kehadiran pusat atau logos sebagai subyek. Suatu strategi kehidupan diri sedang dijalankan dengan permainan bersama hasrat. 

Di titik ini, relasi bolak-balik antara kesenangan dibentuk untuk melepaskan dirinya dari penyesalan dan kontemplasi, kebutuhan dan kepuasan diri.

Peristiwa yang melintasi kita diikuti dengan perkembangbiakan citra telah menandai dunia. Perkembangbiakan citra menjadi peristiwa tentang akhir dari ilusi. 

Kesenangan untuk menonton tidak terelakkan bersamaan munculnya perkembangbiakan citra. Jelas, bahwa tatanan nyata tidak hanya muncul dan pergi bersama kesenangan atas citra sinematografi.

Citra dan ilusi lebih mirip dalam kerahasiannya sendiri. Rahasia sinema adalah tetap rahasia tubuh dan rahasia citra tetap rahasia citra. 

Dalam arena citra sinematografis dan jejak-jejak bujuk rayunya non manusia. Pada intinya, citra sinematografi merupakan sebagian dari penyaluran kesenangan.

Apa yang penting kita jelaskan mengenai wujud virtual yang disenangi? Adakah ilusi dalam hiburan malam, minuman keras dan narkotika sama seperti jejak dan pola. 

Mungkin, kita masih melihat citra sinematografi tidak lebih dari peristiwa tentang tidak terhukumnya pergerakan citra artifisial atau wujud virtual, karena setelah sentuhan wujud aktual, muncullah benturan, yaitu benturan yang kompleks dan teracak.

Saat ini, nilai tanda (konsumsi, kemakmuran) menciptakan lebih banyak mimpi dan ilusi tentang kebutuhan, dibandingkan kemampuan melakukan sirkulasi hasrat dan kesenangan hingga pelepasan aliran modal melalui (re)produksi kesenangan (status, gaya hidup) yang pada akhirnya tidak mampu menahan beban kepenuhan residu atau ampas. 

Hasrat dan kesenangan pada yang nyata mestilah diberkahi, yang ditandai dengan hidup lebih bersahaja dalam kehidupan. Setiap tanda hasrat maupun kesenangan pada yang nyata perlu diungkapkan menurut jalan hidup tanpa mubazir, yang diseimbangkan dengan diskursus dalam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun