Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar dari Rayuan Politik untuk Pilpres Berikutnya

14 Desember 2022   07:05 Diperbarui: 20 Juni 2023   13:56 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Prabowo dan Sandiaga (Sumber gambar: kompas.com)

Penyaluran energi hasrat untuk berkuasa yang lebih lunak di atas panggung, disederhanakan dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK).

Apakah cara menukik akan menyelesaikan konflik kepentingan?

Semuanya akan digambarkan melalui pergerakan rayuan politik, sejauh mana kepentingan dimainkan dalam pengulangan peristiwa yang sama sekaligus berbeda sebelumnya telah memanfaatkan isu “penambahan koalisi tergantung kesepakatan Ketua Umum Partai Politik KIK,” demikian pandangan Partai Golkar.  

Ada hal yang lumrah, tatkala partai politik pendukung  dipecundangi akan mengarah pada koalisi pemenang Pilpres menjadi ‘pengulangan tontonan dari adegan yang melimpah ruah’.

Ia laksana ‘seni erotis’. Kita mengetahui, bahwa kata-kata loyalitas dan oposisi merupakan sesuatu yang rigit dalam dinamika politik nasional.

Tidak heran, pertemuan demi pertemuan berlangsung antara Jokowi dan Prabowo, Surya Paloh selaku Ketua Umum Partai Nasdem dan Anies Baswedan, Prabowo, Ketua Umum Partai Gerindra dan Megawati, Ketua Umum PDIP dianggap sebagai bagian dari kancah perpolitikan atau dinamika politik Indonesia. 

Keterlibatan seni politik yang erotis menjadi lebih cair berkat rayuan yang bersifat mekanis.

Karena itu, rayuan politik ditandai oleh seks non manusia.

Berkat titik tolak dari hasrat berpolitik bersifat abstrak yang bergerak secara mekanis memberi rayuan demi rayuan. Kemunculan rayuan ‘bukan dari manusia’, melainkan dari politik itu sendiri "yang menubuh" dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kata lain, bahwa dinamika politik muncul dari ayunan rayuan politik melalui hasrat atau kenikmatan.

Seringkali kita mendengar pergerakan politik setiap saat berubah, dari hari ke jam, dari jam ke menit hingga tiba-tiba berubah dalam lima menit bukan mengikuti tempo permainan keberpihakan, tetapi permainan rayuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun