Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diskursus Kuasa

30 November 2022   22:13 Diperbarui: 4 Juli 2023   17:44 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka tidak mencampuri seluruh urusan yang dihasratkan oleh kelompok kepentingan terutama dalam institusi politik apalagi berbicara perebutan kuasa.

Paling penting juga dari kalangan masyarakat lapisan bawah bagaimana cara untuk melepaskan beban hidup yang menghimpit menjadi meningkat taraf hidupnya dari kondisi sebelumnya.

Lebih dekat lagi dari kuasa dengan mekanisme terbentuk, yaitu kuasa disipliner. Ia menjadi bagian dari diskursus hingga mengarah pada suatu mekanisme pembatasan dan pengendalian di bawah rezim kuasa.

Dalam rezim diskursus ala Foucault, kuasa disipliner menjadi bagian dari agen normalisasi. Sebagai bagian dari strategi, kuasa melakukan pendisiplinan dan pengawasan melalui jaringan kuasa, diantaranya institusi pemerintahan dan sekolah secara tidak kasat mata.

Pada waktu yang sama juga kuasa untuk menananmkan prinsip kewajiban yang kelihatan yang kelihatan pada yang disiplinkan dan diawasi.

Dalam kuasa disipliner, subyek yang diawasi atau dipantau harus kelihatan dan hanya pengwasan dan pengendalian dapat dilakukan secara terbuka (Foucauldian).

Kuasa disipliner beroperasi yang kelihatan bekerja secara rinci untuk mencapai tujuan, yaitu seleksi, normaliasi, hirarki, dan sentralisasi (Michel Foucault, 2003:181). Secara hirarkis disiplin, kini kuasa yang memantau melalui sistem aplikasi berbasis teknologi informasi, yang kelihatan untuk menilai atau menggukur aparatur negara di institusi pemerintahan.

Dalam pemantauan dan pengawasan hirarkis disiplin, kuasa menggunakan teknik disiplin secara fungsional bekerja melalui mesin kuasa yang ‘tidak kelihatan’ terhadap gelagat Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terindikasi radikalisme.

Sebagaimana sorotan dari salah satu lembaga masyarakat terhadap mesin kuasa melalui mekanisme disiplin dengan instrumen Surat Keputusan Bersama (SKB) ternyata tidak memiliki definisi dan indikator yang jelas mengenai radikalisme sekaligus mempunyai kelemahan yang berakibat diantaranya melanggar kebebasan berpendapat.

Kuasa sekarang ini melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap aktivitas sekolah melalui mekanisme disiplin pada guru (SD bahkan PAUD) dan bahan ajar yang didalamnya terindikasi ajaran atau faham radikal. Kuasa dalam ‘mekanisme disiplin” bertujuan untuk mengubah orang-orang  yang tidak teratur, tidak loyal, berbahaya, tidak kreatif, dan tidak berguna menjadi orang-orang berlipat ganda kreatifitas dan kegunaannya.

Sekolah sebagai mesin kecerdasan dari setiap orang dan setiap tingkatan didukung dengan kreatifitas dan kegunaan mentalnya (Foucauldian). Kuasa disipliner berlangsung melalui tubuh menempatkan individu yang pada akhirnya akan merasa bebas untuk dipantau dan diawasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun