Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kegilaan atas Terorisme

29 September 2022   12:55 Diperbarui: 22 Juli 2023   16:53 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : tribunnews.com, 11/09/2019

Tetapi, terorisme tidak identik dengan kecerdasan atas kejahatan. Terorisme, akhirnya ditandai dalam kegilaan yang terpikirkan.

Kata lain, para teroris dan terorisme datang dari struktur kecerdasan. Dari situlah, kita berbicara mengenai peristiwa

Peristiwa besar melalui serangan terorisme bukan berarti susunan kata-kata beracak dengan benda-benda. Misalnya: "x tidak akan meneror y," "x membunuh x itu sendiri," "y1 tidak trauma oleh serangan teroris x1, "y1 yang trauma oleh terornya sendiri." Terorisme muncul karena ekses dari kelimpahan pengulangan.

Ia muncul pertama kali bukan dari perbedaan dan pertentangan satu sama lainnya. Begitulah paradoks terorisme. 

Teroris bukanlah yang selalu membawa bom, tetapi orang-orang yang masih berada dalam kesadaran. Kegilaan atas terorisme datang dari struktur kecerdasan.

Suatu saat, yang pada akhirnya tidak ada lagi "perang melawan terorisme." 

Karena itu, kata-kata itu akan menghilang dalam 'diskursus kegilaan', yang betul-betul tidak gila secara psikis. Tetapi, pemikiran dalam kegilaan yang keluar dari prasangka dan balas dendam. Suatu kegilaan muncul di antara teka-teki yang tidak diketahui dan sudah terkuak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun