Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pikiran dan Sinema

28 September 2022   18:55 Diperbarui: 20 Juni 2023   11:11 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : detik.com, 26/09/2020

Kita melihat, bahwa pergerakan otomatis menanjak pada orang yang bergerak dalam benda-benda yang tidak nampak secara otomatis. 

Ia memberinya reaksi untuk mengubah pergerakan citra dengan pikiran melalui sinema. 

Pergerakan benda-benda di luar citra nampak memutar karena tidak bergerak secara otomatis. Citra hanya menghubungkan secara timbal-balik antara pikiran dan sinema. Dari sini, relasi timbal-balik tersebut bakal menunda citra yang bersifat imajiner dan dan nyata.

Karena itu,  sinema justeru wujud paling nyata datang dari wujud imajiner karena tidak terpikirkan. Dari pikiran yang dipengaruhi oleh benda-benda di sekitar melalui citra sinema bergerak secara otomatis. Karena itu, pikiran seiring dengan sinema sejauh sinema dengan pergerakan citra yang dibuatnya. 

Sebagaiman dalam filsafat klasik, pergerakan secara otomatis bisa mangatasi mental. Ia bukan lagi rancangan biasa, melainkan sirkuit bergerak dalam pergerakan citra.

Dalam kemungkinan bisa terjadi, wujud abstrak yang masuk akal menggiring pikiran dalam pergerakan citra sinema secara otomatis. Peristiwa tragis sesuai kenyataan dan bukti-bukti muncul dari pikiran yang bergerak secara acak.

Dari pikiran dengan sinema saling merancang citra. Lalu, keduanya menyebar kekuatan citra sinematografis melampaui dirinya, termasuk seseorang mulai berpikir di bawah kejutan.

Hal ini bukanlah jaminan menjadi kemungkinan terjadi terhadap kita yang membuat sinema memiliki kemampuan berpikir. Sinema bukanlah satu kemungkinan pikiran yang berbeda. Sinema dengan citra menjadibpikiran yang meruang dan dipadatkan. Tetapi, kemampuan sinema berbicara perlahan-lahan menerobos relung-relung pikiran kita.

Martin Heidegger dalam Being and Time (1962) dan Gilles Deleuze dalam Desert Islands and Other Texts 1953-1974 (2004) memiliki kecenderungan pada suatu pandangan tentang kemungkinan teka-teki, pikiran, dan hal-hal lainnya terjadi diluar. Sinema menjadi pikiran itu sendiri, begitupun juga sebaliknya. 

Sinema bersama saya diantara pergerakan citra. Anda tidak dapat melarikan diri dari kejutan, ruang dimana ia dibangkitkan bersama pikiran Snda. 

Jadi, pergerakan citra secara otomatis mengantarkan seseorang dalam pergerakan kolektif dan subyektif secara otomatis menuju "seni massa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun