Begitulah sebuah "penanda yang terpinggirkan" berjalan mengiringi "penanda kosong" bergerak di atasd permukaan tubuh.
Bentuk murni dari penandaan kursi kosong dan stadium yang mengitarinya berada dalam relasi antara tata bahasa dan ruang murni. "Kursi kosong di sebelah utara, selatan, dan barat". "Lapangan hijau adalah stadium".Â
Sesuatu yang kosong akan kembali pada permulaan ketika benda-benda muncul dari permulaan.Â
Tetapi, kursi kosong sebagai tanda kebendaan bukan berarti dinilai di bawah kekuatan indera yang dihilangkan atau sesuatu yang kosong secara lahiriah dari pandangan mata kita.
Sepasang mata atau lebih yang setia pada gambar bergerak di luar dan dalam layar menandai dirinya bebas dari gaya duduk formalis di kursi.Â
Menonton permainan olahraga tanpa duduk di kursi stadium tidak mengurangi minat penonton yang duduk di kursi lain.Â
Minat dan selera orang berbeda dalam penulisan kursi kosong. Ada batas-batas ketersediaan a priori tentang kursi. Mata seseorang tidak tergantung pada kehadiran kursi, terisi atau kosong.Â
Jika mereka memaksakan keinginannya untuk duduk dan agar permainan olahraga di stadium beserta kursinya lebih semarak akan menjurus pada status penanda kosong secara khusus.Â
Kekosongan ruang menandai ketidakhadiran penonton secara khusus dan universal.
Orang duduk sambil menonton bola atau salah cabang olahraga lain yang digandrungi bersifat universal.Â
Sedangkan duduk formal di kursi stadium bersifat khusus. Tidak duduk di kursi stadium secara khusus juga tidak menelanjangi universalitas seseorang untuk memilih kursi lain yang sebelumnya juga kosong di depan permainan sepak bola.