Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Wong Cilik dan Pertaruhannya

1 September 2022   13:00 Diperbarui: 16 Februari 2024   10:45 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kompas.com, 05/10/2022

Bagai disambar petir di siang bolong andai PDIP mengucapkan 'selamat tinggal' pada Puan Maharani. Istilah orang, hil yang mustahal kalau Puan ditinggalkan oleh PDIP.

Tetapi, ada kemiripan kiasan atas tahapan pra kualifikasi piala liga sepak bola. Apa Puan memulai debutnya dalam bursa bakal calon presiden (bacapres) melalui survei maupun penjaringan aspirasi dari bawah ke atas terutama ditangani oleh PDIP itu sendiri.

Andai Puan akan terdepak dari PDIP karena tidak mencapai suara dukungan terbanyak dari masyarakat sebagai syarat merahi tiket untuk masuk babak bacapres itu terlepas dari dua hal.

Pertama, Puan sebagai Ketua DPP PDIP. Meskipun bukan satu-satunya kader terbaik, Puan memegang posisi strategis dalam partai. Kedua, seumur-umur dalam sejarah PDIP akan terjadi bak tendangan bola "bunuh diri" di gawang sendiri.

Secara internal, PDIP masih berlangsung proses seleksi calon presiden yang bakal diusung. “Ojo kesusu,” ujar Presiden Jokowi di satu kesempatan.

Sejauh ini, tidak bakalan “balik badan” PDIP kalau memang “garis tangan” Puan dapat tiket bacapres berdasarkan bukti membanjirnya dukungan dari berbagai pihak terhadap dirinya.

Tetapi, keadaan dan kenyataannya lain?

Terbukti (ya, kendati sementara, bisa mutar-mutar sebelum mendarat) dari sekian hasil survei belum kelihatan “batang hidungnya” Puan. Apalagi berbicara peringkat atau skor ke berapa.

Diluar alasan mengenai tidak mengandalkan elektibilitas, Puan pede saja karena sekitar dua tiga parpol sudah memberi sinyal padanya. Asyik kan?

Bukannya berita gembira, itu juga tidak lucu. Atau ia dianggap lucu yang tidak lucu. Puan tidak menertawi dirinya, pihak lainlah yang menertawakan dirinya lantaran parpol tidak cukup ambang batas presidensialnya.

Bukan soal PDIP sendirian sudah cukup memenuhi aturan main itu. Peluang dan isyarat untuk membangun bersama bangsa inilah dicoba oleh Puan pada parpol lain. Tidak heran, kalau Puan menjalin komunikasi politik dengan pucuk pimpinan parpol.

Lebih dari itu, Puan perlu tahan banting sekiranya itu terjadi. Saat PDIP belum melihat jalan "lenggang kangkung" untuk merahi tiket bacapres. Bukan juga soal masih lemahnya tangkapan radar elektabilitas, tetapi juga 'apa adanya' Puan belum semarak dari segala penjuru, atas bawah, dan kiri kanan dukungan yang melimpah terhadapnya.

Biar cepat asal selamat bagi Puan dengan ngebet nyapres. Meski masih "bola benjol" dukungan politik pada Puan menjadi pekerjaan rumah berat untuk memainkan "bola bundar utuh" hingga bisa masuk ke babak selanjutnya.

Menyangkut dapat atau tidak tiket capres, semuanya bergantung pada Puan.  

Sudah bukan rahasia, keputusan tertinggi PDIP ada di tangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP sekaligus ibunda Puan. Taat organisasi partai atau pewarisan adalah soal lain. Padahal selama ini, tidak ada kamus PDIP ada "musuh dalam selimut," tiba-tiba bacapres PDIP terhadap dirinya "menguap" begitu saja.

Bagaiman suara bulat dan keputusan PDIP di setiap provinsi dan kabupaten/kota menjadi satu pertimbangan mengenai apa Puan yang paling menguat bacapresnya.

Memilih Puan atau bukan sangat dipengaruhi oleh PDIP.  Masyarakat memilih banyak dipengaruhi oleh hasil olahan parpol pengusung. Tentu ada proses atau ada mekanismenya masing-masing.

Puan ingin kemana?

Ada satu pertanyaan. Masih mending Ganjar, bagaimana seandainya PDIP melupakan Puan? Lebih dari setahun, setiap rilis survei menunjukkan posisi Puan belum berada pada urutan tiga besar, dibandingkan dengan nama-nama lain yang mencuat di ruang publik.

Sudah maklum, pilpres masih sekitar dua tahun. Akankah Puan masih bersama PDIP untuk mengusung menjadi bacapres sebelum tahapan demi tahapan pilpres digelar?

Sementara itu, kita melihat dari waktu ke waktu Puan belum bertengger di papan lima besar? Mujur-mujur masuk tiga besar. Kalau suara arus bawah juga belum mengarah pada dukungan yang melimpah di luar survei, bagaimana? Itu versi bacapres.

Apakah PDIP akan menunggu hingga berlumut-lumut dari satu musim kemarau ke musim hujan dan seterusnya? Begitulah politisi mesti matang perhitungan dan kecermatan secermat-cermatnya atas situasi terkini.

Mustahil melibatkan serial Satria Baja Hitam, lantas "berubah" sekejap mata. "PDIP lu lawan, gua kate juga ape." Saya meniru sedikit logat Betawi. Orang juga pada tahu, PDIP partainya wong cilik.

Apakah modal besar itu bikin Puan di lingkaran PDIP akan "bertepuk sebelah tangan?" Jawabannya berpulang sama Puan sekaligus PDIP.

Tidak dipungkiri memang, bahwa jika hitung-hitung di luar kertas, maka peluang Puan untuk diusung oleh PDIP jauh lebih jumbo ketimbang Ganjar, lantaran Puan sebagai salah satu penentu kebijakan partai yang berpengaruh.

Saya kira, dari kemarin juga, Ganjar Pranowo tahu diri kalau dirinya belum pasti PDIP mengusulkan sebagai bacapres. Kalau sekadar menyebut nama, Puan dan Ganjar di parpol lain pun menyuarakannya.

"Darah" PDIP yang mengalir dalam diri Puan tidak disangsikan lagi. Mindset, ideologi apalagi. Sayangnya, hingga saat ini (masih ada harapan, semoga menanjak tingkat keterpilihan atau dukungan arus bawah dan segala penjuru) elektibilitas semakin melaju. 

Sisa bagaimana Puan perlu 'mengambil hati' atau menjadi dambaan setiap lapisan masyarakat.

Dalam masa waktu yang belum ditentukan, Puan mesti menjadi faktor utama, gejala, dan fenomena politik Indonesia. Prosesnya akan kita tunggu sejauh mana dukungan rakyat yang membahana dan terjaring besar melalui survei, paling tidak masuk tiga besar.

Jika ditanya kemungkinan Puan dipantaskan pada posisi apa dan berpasangan dengan siapa? PDIP, partai politik pengusung utama menyiapkan tiket capres. Sekali lagi, posisi menguat atau melemahnya dukungan PDIP terhadap capres, bergantung pada Puan.

Puan dan PDIP harus banyak lobi dengan parpol dan menarik simpati pada masyarakat. Begitulah intinya dalam politik, iya kan?

Bukan soal politik 'bongkar pasang', melainkan seberapa besar dukungan suara masyarakat begitu menyesaki dunia politik tanah air. Tinggal, memantaskan Puan berpasangan dengan siapa dan dalam posisi apa? 

Taruhlah misalnya, Puan-Ganjar. Bisa juga dibalik, Ganjar-Puan. Prabowo-Puan. Daripada mengotak-atik ini itu, sana sini, mendingan juga Puan berusaha bagaimana secara meyakinkan dan luar biasa agar tidak ditinggalkan oleh PDIP dalam nyapres. Itulah PR berat Puan. Selamat bekerja keras Puan bersama timnya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun