Mohon tunggu...
Erlangga Danny
Erlangga Danny Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang yang bermimpi jadi penulis

Wat hebben we meestal doen, bepalen onze toekomst. Daardoor geschiedenis is een spiegel voor toekomst. Leben is een vechten. Wie vecht niet, hij zalt in het gedrang van mensen verpletteren.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Bani Quraizhah, Sebuah Refleksi Khilafiyah dalam Ijtihad

9 Januari 2023   20:24 Diperbarui: 9 Januari 2023   20:36 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti diketahui bahwa penyerangan terhadap Bani Quraizhah terjadi setelah adanya Perang Khandaq. Karena Perang Khandaq pasukan muslimin mengalami kondisi kritis lantaran mereka menghadapi kepungan musuh dalam jumlah cukup besar. Ketika pasukan muslimin dalam kondisi kritis kaum Yahudi mengkhianati perjanjian damai sehingga pasukan muslimin mendapat “tusukan” dari belakang”. Pengkhianatan ini diprovokatori oleh Huyay bin Akhtab an-Nadhari. Terjadilah kemudian perang Bani Quraizhah pada akhir Dzulqaidah dan awal Dzulhijjah awal tahun ke-5 Hijriyah.[4]

Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari menyatakan bahwa hadits tersebut mengandung faidah bahwa tidak tercela orang yang mengamalkan hadits ataupun ayat Quran dari segi lafadznya. Begitu pula bagi orang yang mengamalkannya dengan cara menggali teks dalil untuk memperoleh maknanya secara khusus. Artinya dari pernyataan tersebut, maka boleh bagi para ulama mujtahid yang memiliki perbedaan pendapat memahami sebuah dalil selama masih dalam proses ijtihad sepanjang tidak menyelisihi aqidah. Seandainya pun ulama itu salah, maka ia tidak berdosa.

 

Sumber

 1. Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhori, Shohih Bukhori, cet. ke-1, (Beirut: Dar al-Ibnu Katsir, 2002), hlm. 1011.

2. Abu Al-Husain Muslim bin Hajjaj An-Naisaburi, Shohih Muslim, cet. ke-1, (Riyadh: Dar ath-Thoyyibah, 2006), hlm. 848.

3. Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari bi Syarh Shohih Al-Bukhori, juz 7, hlm. 409-411.

4. As-Sirah An-Nabawiyyah Fi Dhou’ Al-Mashadir Al-Ashliyyah, cet. ke-1, (Riyadh, 1992), hlm. 459-460.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun