Mohon tunggu...
Erlangga Danny
Erlangga Danny Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang yang bermimpi jadi penulis

Wat hebben we meestal doen, bepalen onze toekomst. Daardoor geschiedenis is een spiegel voor toekomst. Leben is een vechten. Wie vecht niet, hij zalt in het gedrang van mensen verpletteren.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membumikan Konsep Islam Progresif Bung Karno

17 Oktober 2017   21:15 Diperbarui: 17 Oktober 2017   21:23 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Dalam politik Islam pun, orang ... tidak boleh mau mengcopy zamannya "chalifah-chalifah" jang besar. Kenapa toch orang-orang politik Islam disini selamanya mengandjurkan political system "seperti dizamannja chalifah-chalifah jang besar" itu?Tidakkah didalam langkahnja zaman jang lebih dari seribu tahun itu peri-kemanusiaan mendapatkan system-system baru jang lebih sempurna, lebih bidjaksana, lebih tinggi tingkatnja dari dulu?"(Soekarno, 1964: 345)

Sejak 1945, para pendiri bangsa kita telah sepakat bahwa negara kita didirikan atas dasar Pancasila. Bung Karnolah yang pertama kali menawarkan gagasan ini ketika beliau berpidato dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Para founding fathers kita melihat fakta kemajemukan bangsa Indonesia dari segi agama, budaya, bahasa maupun adat istiadat bangsa Indonesia, sehingga mereka secara toleran menerima dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Sikap inilah yang menggambarkan watak keislaman Bung Karno yang progresif melampaui zamannya dalam menggali gagasannya, menghasilkan mutiara yang mempresentasikan kemajemukan bangsa Indonesia.

Istilah "Islam Progresif" memang muncul baru-baru ini yang digunakan oleh kaum akademisi untuk melabeli terhadap pemahaman-pemahaman dan aksi-aksi umat Islam yang memperjuangkan humanisme, demokrasi, kesetaraan gender, pembelaan terhadap kaum tertindas, dan pluralisme. Ia muncul sebagai bentuk ketidakpuasan yang menekankan pada kritik-kritik terhadap perilaku umat Islam yang kurang sesuai dengan nilai-nilai humanis dan kemajuan zaman.[1]

Di satu sisi, gerakan Islam progresif lebih memposisikan diri pada gerakan modernis yang lebih menitikberatkan pada kritik terhadap tradisi umat Islam yang bertentangan dengan aspek humanis. Di sisi lain, ia juga bersikap kritis terhadap modernitas yang bertentangan dengan keadilan. Sehingga kalau boleh dikatakan Islam progresif memiliki kecenderungan ke arah "kiri". 

Lalu kenapa dipilih nama"Islam progresif", bukan "Kiri Islam"? Hal tersebut bukan berarti penolakan terhadap istilah "kiri". Istilah inilah yang dibela oleh gerakan Islam progresif dalam merepresentasikan makna revolusioner, oposan, dan perubahan ke arah yang lebih baik; menghadapi kesewenang-wenangan politis, eksploitasi kelas sosial dan tidak mengenal pembedaan gender.[2]

Istilah "Kiri" telah identik dengan percobaan Marxis yang gagal dan telah dicemari oleh praktek-praktek yang beraneka ragam hingga kehilangan kejernihan maknanya. Oleh karena itulah istilah "kiri" tidak dipilih untuk menghindari propaganda menyesatkan yang berusaha memadamkan gerakan dengan pelabelan Marxisme.

Demikianlah sebagian pemikiran Bung Karno yang menggambarkan wataknya sebagai seorang Islam yang progresif dan revolusioner. Pemikiran-pemikirannya perlu kita bumikan bagi umat Islam di Indonesia agar Islam menemukan "roh"nya kembali sehingga terwarisilah apinya Islam itu, bukan abunya. Tugas kita ialah mempelajari, mengkaji, dan merenunginya secara seksama demi kemajuan umat Islam di Indonesia.

[1] Lihat Omid Safi, What is Progressive Islam?, Diambil dari: www.muslimwakeup.com, (11 Oktober 2017)

[2] Shalahudin Jursyi, Membumikan Islam Progresif, (Jakarta: Paramadina, 2004), hlm. 139

Daftar Pustaka

Chapra, M. Umer. 2010 Peradaban Muslim. Terj. Ikhwan Abidin Basri cetakan ke-1. Jakarta: Amzah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun