Mohon tunggu...
Erka Ray
Erka Ray Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Mempunyai nama pena Erka Ray, kelahiran Januari 2003, di Kabupaten Sumenep Madura Jatim. Mempunyai cita-cita sebagai penulis semenjak kelas 4 SD. Mulai nekad mempublikasikan karyanya sejak 2019 lalu. Orangnya sering gabut. Kalau udah gabut, nulis. Kalau lagi sok sibuk, lupa nulis. Hasil gabutnya sudah ada 4 buku solo dan 7 buku antologi puisi yang gak pernah dia beli. Dan rencana gabutnya masih banyak lagi. Makanya beli bukunya Erka biar tau. 🥱😴

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Sebelum Gelap", Oleh: Erka Ray

29 Juli 2022   10:18 Diperbarui: 29 Juli 2022   10:20 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Petir di atas sana saling menyapa, saut menyahut. Malam ini hujan deras di desa kami. Malam yang terasa panjang untuk dilewati. Hawa dingin seakan-akan menusuk kulit menembus tulang. Ini bukan lebay, tapi memang betulan dingin.  

Seharusnya malam ini orang-orang bersuka cita, duduk-duduk santai bercengkrama dengan secangkir kopi. Dan toples berisi kue dengan beraneka macam bentuk dan rasanya terpajang rapi di meja ruang tamu. Iya itu di rumah tetangga. Tapi malam ini hujan deras. Jadilah kue-kue itu dimasukkan kembali ke dalam lemari. 

Sayup-sayup terdengar suara takbir berkumandang di masjid desa kami. 

"An, bisa bantu Nenek sebentar." Suara panggilan Nenek membuyarkan lamunanku. 

Aku membantunya memasak opor ayam. Masakan ini wangi sekali, masakan Nenek memang selalu enak, tidak tertandingi. 

"Besok pagi-pagi buta sebelum matahari terbit, kita langsung beres-beres rumah biar tidak kesiangan buat ke makam," tuturnya. Nenek masih fokus dengan centong kuah ditangannya, asik mencicipi kuah opor takutnya masih ada yang kuras pas. 

Setelah semuanya selesai. Selesai cuci piring, selesai masak opor ayamnya. Lalu disimpan di atas meja. 

Aku mulai menguap. Pamit pada nenek kalau aku akan tidur lebih awal. 

Jika bagi sebagian orang, malam hari raya adalah malam yang penuh kebahagiaan suka cita, benar, aku setuju soal itu. Tapi sayangnya setiap orang memiliki cerita hidup yang berbeda-beda, masalahnya pun beda-beda. 

*****

Malam itu 6 tahun yang lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun