Mohon tunggu...
Erik Tapan
Erik Tapan Mohon Tunggu... Dokter - Social Media Health Consultant

Sebagai seorang Health Consultant, saya akan berusaha memberi solusi terbaik (efisien, efektif & aman) bagi klien yang kebetulan mengalami ketidakberuntungan dengan kesehatannya. Pengalaman saya dlm bidang kedokteran, farmasi/obat2an, herbal, terapi alternatif / energi, internet dan social media. Topik yang sering ditangani: anti aging, masalah ginjal, penyakit degeneratif, lansia, dll. Silakan kontak saya untuk memperoleh waktu diskusi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Layanan Kesehatan, Patutkah Dipertentangkan Charity vs Profesional?

9 Oktober 2021   10:58 Diperbarui: 9 Oktober 2021   11:10 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr Erik Tapan saat menjadi Konsultan RS (Dokpri)

Saat ini banyak RS/Klinik yang dikelola organisasi sosial / misi berada di kondisi yang memprihatinkan. Terus merugi dan pasien menjadi semakin sedikit. Pengurus/pemilik seakan berada di persimpangan jalan. Mau diserahkan pengurusannya ke para profesional takut jika nilai-nilai misinya akan berkurang bahkan hilang.

Tulisan Dr Erik Tapan, MHA seorang Konsultan Perumahsakitan khususnya di bidang digitalisasi, mencoba membeberkan jalan keluarnya untuk bisa diketahui Pemilik RS / Klinik tersebut. Mudah-mudahan bermanfaat.

Awalnya memang sebagian besar layanan kesehatan khususnya yang dikerjakan oleh dokter bersifat sosial. Begitu pula dengan Klinik ataupun Rumah Sakit. Tak jarang Organisasi sosial / keagamaan menjadi pengurusnya, selain pemerintah dan militia. Semua bekerja dengan semangat sosial atau keagamaan. Tak pernah memikirkan untung ruginya.

Tetapi dunia makin modern. Karena dianggap menguntungkan maka dibawalah layanan tersebut dalam bidang profesional. Semua dicatat dan dihitung dengan baik. Bahkan dalam pendidikan adminstrasi layanan kesehatan* modern diberitahu tips & trik cara untuk lebih meningkatkan pendapatan mulai dari yang paling halus dan masih diterima etis hingga cara-cara yang agak kasar. 

Sifat pelayanan pun berubah dari sosial menjadi profit oriented. Saat itu kondisi menjadi tidak berimbang karena pasien / konsumen tidak punya pengetahuan setara dengan para dokter yang mestinya masih memiliki sifat sosial.

Lahirlah Asuransi Kesehatan / Third party yang bisa menjembatani hal ini. Pasien tahunya beres. Pengelolaan dana kesehatan dikelola secara efisien dan efektif (sistem JPKM, sekarang BPJS). Bagaimana ceritanya,  ini agak panjang dan bisa jadi topik tersendiri. Ikuti terus tulisan-tulisan kami di media ini.

Pertanyaan krusial, apakah RS / Klinik dengan misi sosial bisa bersifat profesional? 

Jawabannya BISA.

Profesional dalam arti masing-masing stake holder merasa puas. Pasien puas, pegawai dan dokter/nakes pun puas, investor/pemilik pun puas. Ini kalau bisa dikelola secara profesional.

Sebelum membahas caranya, ijinkanlah saya menjelaskan perbedaan profit dan non profit organization. Profit organization jika seluruh keuntungan  (sisa hasil usaha) dibagi ke Pemilik (perseorangan ataupun bersama) sedangkan sosial jika SHU-nya kembali menjadi dana untuk misi sosialnya. Termasuk mendanai pasien-pasien yang kurang mampu. Tetapi harus diingat sistem pencatatan dana ini harus terpisah, jangan dicampur di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun