Pagi ini, bebatuan pun ikut terenyuh mendengar keluh kesahnya.
Curahan hati yang ia tandaskan dengan pena, di sebuah buku diary, tidak mempan dan terendus dunia maya.
Mencari satu mata. Sebenernya bukan itu, ia tak ingin dipandang "sebelah mata".
Saat jam itu nampak lesu ditengah hamparan dinding itu, seperti tambah muram.
Remah-remah sisa kerupuk tadi, ia jadikan lauk. Lumayan, mengganjal perut gersang.
Piringan hitam, sesekali ku putar, harap-harap, raut muka yang memagut wajahku yang mengkerut, segera sirna
Baca juga: Ketika Tuli Membawa Aku PergiSesekali halaman teras ku sapu-sapu, ajar jenuh dan jemu tiada membelenggu ku.
Atau hidup kan televisi, agar lungsuran baju ini, bisa sembari ku setrika dibalik televisi.
Begitulah, sejauh mata memandang, terlelap melupakan realita pahit...
Mencari satu mata dengan maksud " Sebelah mata ". Berkaca-kaca didepan TV.
Menitikkan air mata...
# Jum'at, 30/09/2022