Seperti hari ini. Letih dan ngeluh harus ia tangkis sementara
Air... Pagi.. Dingin... Tanah... Senja... Panas mentari. Teman sehari hari
Poros waktu ia yakini, sebagai kesempatan
Demi mencari Selembar dan secarik rupiah
Pagi Buta
Menyisihkan waktu, menggarap ladang
Untuk memenuhi penghidupan
Demi menggenggam pundi-pundi uang
"Ayah , aku ingin sepeda....". Pinta anak kecil
Bagaimana---sudah terbayang bukan dibenak ayahnya
Iya...! Pinta nya, tak mungkin ia tolak dan menampik, setidaknya ia berujar,
"Ia, ayah akan membelikan nya, Tapi, nanti dulu ya dek, kalau uang sudah hadir di saku ayah "
Manakala dompet kehidupan belum terisi
Itulah yang membuat ayah beranjak beraksi
Petani---bangggalah nak! Ayah ini seorang petani
Sepeda sesekali ia kayuh
Bersamaan pula, tubuh ia merengkuh
Tertunduk---tiada sesiapa yang tahu
Meratap seorang diri dengan anak tercinta ini
Panas dingin serta merta meradang...
Dipagi buta hingga malam gelap gulita
Entah...! Sedang merengkuh tangis atau bahagia
Kupu-kupu mimpi tak jarang ia bawa tuk menemani
Dimanapun... Rumah berteduh atau di ladang sawah sawah nan rimbun
Topi dari lembaran kayu teduh ia senantiasa pakai.
( menopang panas menyengat)
Rumput ilalang....
Serangga serangga kecil hingga buas, ia jelajahi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!