Hal ini dilakukan dengan cara memunculkan dan mempopulerkan tradisi yang lahir dari rahim Muhammadiyah, yakni halal bi halal di tahun 1948. Sebuah sindiran halus, manakala tradisi lama dilupakan akan diklaim oleh literasi zaman sebagai sebuah tradisi yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama. Dan hal ini terbukti bahwa hari ini istilah halal bihalal lebih dikenal dan lebih populer dicetuskan oleh Kyai Wahab Hasbullah, ketimbang dikenal dari tulisan Warga Muhammadiyah Asal Gombong bernama Rachmad yang menulis tentang "Idul Fitri" atau brosur Majalah Suara Muhammadiyah terbitan tahun 1926 itu. Suatu sindiran halus agar kader Muhammadiyah tidak kehilangan jatidiri dan spirit pergerakan.
Menilik pada story whatsapp seorang teman (pemuda Nahdliyin yang belum ikut PKD GP Ansor, kandidat S2 Ilmu Susastra Undip Semarang), saat ia mengunggah brosur Majalah Suara Muhammadiyah dengan menyertakan "caption" : "Membincang dari sudut lain, Halal Bi Halal tak hanya muncul dari salah satu ormas Islam saja. Tak etis apabila klaim-klaim itu terus terjadi. Ya begitulah jika berkenan meluaskan perspektif, semesta keterhubungan pula yang akan diperoleh. ."
Hal itu pada akhirnya membuat penulis tetiba menemukan sebuah kesalahan kita semua. Ya kesalahan kita hanya satu, yakni enggan meluaskan perspektif guna menemukan semesta keterhubungan. Mungkin adalah termasuk kesalahan ketika memunculkan polemik ini untuk memancing dan atau meruncingkan "perseteruan" antara warga Muhammadiyah dan Nahdliyin, yang entah sebagai agenda politis apa. Hingga mengesampingkan kemungkinan salam cinta Kyai Wahab Hasbullah pada saudara Muhammadiyah pada konteks di tahun itu.Â
Namun di perspektif lebih luas, bisa jadi bahwa memunculkan polemik istilah halal bihalal saat ini adalah satu hal yang bagus dan tepat untuk mengingatkan bahwa hubungan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama adalah saudara kandung yang takdirnya harus berbeda namun masih sama-sama berlagu kebangsaan INDONESIA RAYA.
Mengutip tulisan Deni Al Asyari, Direktur Suara Muhammadiyah : "Semoga apapun kondisi berlebaran kita hari ini, semangat untuk saling memaafkan dan saling menyatukan, tetap dapat berjalan. Amiin."
Selamat Hari Raya Idul Fitri untuk semuanya, Salam Satu Nusa Satu Bangsa Satu Bahasa.