Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa Pilihan

Polemik Istilah Halal Bihalal dan Kesalahan Kita

4 Mei 2022   22:24 Diperbarui: 4 Mei 2022   22:32 537 1
Bagi seorang seperti penulis, tempat dimana ia berpijak adalah sebuah tempat yang bisa jadi terletak agak jauh dari hiruk pikuk dunia akademik dan literasi dengan bermacam dinamikanya. Hal ini tentu menjadi pelecut tersendiri untuk terus memperkuat kemampuan dan wawasan dalam berliterasi yang baik dan benar. Sampai disini, jadikan paragraf awal tulisan ini sebagai semacam "disclaimer" untuk memaklumi isi kepala penulis yang tentu sangat faqir. Hehe.

Beberapa hari belakangan, cukup marak polemik dan tarik menarik originalitas istilah halal bihalal. Apakah itu sebuah istilah ciptaan KH Wahab Hasbullah sesuai klaim kalangan Nahdliyin selama ini, ataukah sebuah istilah yang berasal dari kalangan Muhammadiyah dengan pembuktian empiris berupa koran terbitan belanda dan brosur yang dikeluarkan Majalah Suara Muhammadiyah tahun 1344 H / 1926 M yang berisi ajakan mengisi ruang advertorial. Terlepas dari keriuhan yang mengarah pada perdebatan orisinalitas ini, penulis mencoba berlepas diri dari keterlibatan pada salah satu kubu dengan mengurai benang merah terkait konteks dinamika kedua organisasi massa terbesar di Indonesia diatas.

Sebuah istilah, sejatinya tidak menemui urgensi untuk diperdebatkan manakala kita sama-sama memakai dan mempunyai kesepakatan dalam hal definisi. Sebuah istilah menjadi populer pasti ada pencetus di belakangnya, seperti halnya "istilah-istilah anak Jaksel" akhir-akhir ini. Mereka yang mempopulerkan tentu akan dianggap sebagai "trendsetter" bahkan "pembuat", terlepas apakah istilah itu orisinal buatan mereka ataukah tidak. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun