Mohon tunggu...
Eric Brandie
Eric Brandie Mohon Tunggu... Penulis - Sosiolog

Kajian realitas dan dimensi sosial Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apatisme Membunuh Negerimu

19 Oktober 2017   15:03 Diperbarui: 10 September 2018   14:40 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melalui serangkaian diskusi, tanya-jawab terhadap cukup banyak anggota masyarakat, teman bahkan sebahagian diantaranya kerabat tentang pendapat mereka terkait berbagai polemik, propaganda negatif hingga menimbulkan kegaduhan yang belakangan cukup marak muncul di tengah masyarakat kita, di luar dugaan ternyata cukup banyak juga yang merespon dengan sikap acuh tak acuh, tidak perduli, sebodo amat, tentu merupakan sikap-sikap yang cukup memprihatinkan terkait responsibility berbangsa-bernegara.

Well tampaknya, bagi sebahagian mereka yang cendrung mengelak terlibat dengan situasi pelik segala polemik, kegaduhan yang sedang terjadi di republik ini hanyalah implikasi politik belaka, game yang tidak perlu repot-repot disikapi.

Baiklah, mari flashback sejenak kepada krisis di timur tengah...dimana eksistensi ISIS ternyata kita ketahui juga mutlak atas interest kepentingan politik kelompok-kelompok tertentu semata termasuk invasi penguasaan sektor-sektor SDA hingga akhirnya menuai malapetaka bahkan mega tragedi sosial bagi rakyat setempat dan sekitarnya.

Maka pertanyaan relevannya kini, apakah kita tidak juga bersedia bijak dan masih mampu duduk manis-manja saja seolah seluruh agresi polemik dan kegaduhan yang muncul saat ini tidaklah bermakna apapun juga? Tidak akan berdampak fatal atau bahkan akan hilang dengan sendirinya digotong angin semilir? Jika kita cukup teliti mencermati maka akan sama-sama kita sadari bahwa sejak pasca Pilpres 2014silam tampak awet hingga saat ini, berbagai polemik sensitif berkonten SARA mulai terus mengusik negara kita, bukan saja sekedar gelontoran propaganda semata bahkan telah berhasil mengakibatkan percikan-percikan api antipati, diskriminasi, sikap intoleransi di tengah sosial masyarakat kita yang notabene selama ini terkenal dengan budaya sikap gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjoyang berarti kekayaan alam yang berlimpah dengan keadaan hidup rakyat yang tenteram. Namun semboyan di atas tampaknya kini telah teresistensi perlahan mulai digusur dari kearifan negeri kita tercinta ini.

Skenario demi skenario bagi misi melumpuhkan negara ini untuk kemudian dapat diambil alih dengan mudah tampak terus digencarkan. Siapakah mereka, telah cukup mudah terlihat, indikator-indikator pemecahbelahan Nusantara kita berseliweran di depan mata, agitasi-agitasi kontraproduktif bermunculan mengusik akal sehat visi berbangsa kita.

Bagi anda sekalian yang masih berpangku pada sikap apatisme, pertanyakan kemana rasa cinta tanah air itu, apa makna kita berbangsa bernegara ini jika rasa tanggung jawab menjaganya bersama terasa berat langkah? Di sinilah sesungguhnya profil kita teruji, benarkah kita sebagai pemilik, tuan rumah atas negeri ini ataukah hanya sekedar tamu belaka yang merasa tidak perlu bersusah-payah mencurahkan perhatian dan tanggung jawab untuk bersama-sama menjaganya. Silahkan kita kembalikan kepada diri masing-masing. 

Sekedar meminjam sebuah pesan bijak lama: 

"Ingat, kejahatan terjadi bukan karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah!"

Jelaslah, manakala kita berdiam diri saja sama halnya dengan menciptakan KESEMPATAN bagi kelompok permufakatan jahat yang sedang berupaya mencabik tatanan berbangsa kita, menancapkan taring-taring mereka atas rumah besar NKRI kita..,atas nama urgensi mereka tentu saja.Semoga saja sikap sungkan, apatisme bukanlah identitas karakter asli bangsa kita.

Suatu saat bung Karno mengatakan:

"Beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun