Mohon tunggu...
Erica AuliaWidiani
Erica AuliaWidiani Mohon Tunggu... Writer - Content Creator - Businesswoman

Nama Lengkap : Erica Aulia Widiani | Seorang mahasiswa, menyukai tulis menulis dan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Brain Rot, Bahaya Tersembunyi dari Hiburan Tanpa Henti

4 Juni 2025   12:20 Diperbarui: 4 Juni 2025   12:40 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Ketergantungan pada Stimulasi Digital: Tidak bisa lepas dari ponsel bahkan saat bersama orang lain menunjukkan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap stimulasi digital. kondisi ini dapat merusak hubungan interpersonal dan mengurangi kualitas sosial di dunia nyata.

3. Scrolling Kompulsif: Mengisi setiap momen kosong dengan scrolling tanpa tujuan adalah perilaku kompulsif yang menandakan brain rot. Ketidakmampuan untuk duduk diam atau menikmati keheningan menunjukkan otak sudah terbiasa dengan stimulasi konstan.

4. Anxiety saat Tidak Ada Hiburan: Merasa tidak puas dan gelisah jika tidak ada hiburan menunjukkan bahwa otak sudah bergantung pada stimulus eksternal untuk merasa nyaman. Ketidakmampuan untuk menikmati kegiatan sederhana atau momen tenang adalah indikator brain rot yang perlu diwaspadai.

5. Penurunan Kemampuan Berpikir Kritis: Kesulitan dalam menganalisis informasi secara mendalam atau membuat keputusan yang membutuhkan pertimbangan matang juga merupakan tanda brain rot. Otak yang terbiasa dengan konten superficial akan kesulitan memproses informasi kompleks.

Cara Mengatasi dan Mencegah Brain Rot

1. Membatasi Konsumsi Konten Digital 

Buat jadwal khusus untuk mengakses media sosial atau menonton hiburan dengan menggunakan fitur timer pada aplikasi untuk membantu mengontrol waktu screen time. Strategi time-blocking ini efektif untuk menciptakan boundaries yang jelas antara waktu digital dan waktu offline, membantu otak menapatkan kesempatan untuk bersitirahat dan reset.

2. Melatih Kemampuan Fokus

Mulailah dengan kegiatan yang menuntut konsentrasi seperti membaca, menulis jurnal, atau menggambar untuk membantu otak terbiasa dengan aktivitas yang lebih reflektif. Progressive focus training ini dapat dilakukan dengan memulai dari durasi singkat dan secara bertahap meningkatkan waktu konsentrasi hingga otak kembali terlatih untuk sustain attention dalam jangka waktu yang lebih lama.

3. Melakukan Detoks Digital Berkala

Sesekali lakukan detoks digital dengan tidak menyentuh gawai selama beberapa jam atau sehari penuh untuk memberikan kesempatan pada otak untuk reset dan recovery. Digital detox yang terstruktur membantu mengembalikan sensitivitas otak terhadap stimulus natural dan memperbaiki kemampuan untuk menikmati ativitas offline.

4. Menerapkan Praktik Mindfulness

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun