3. Takut Nggak Disukai
Ini dia topik yang paling sering bikin kepala overthinker cenat-cenut. Mereka punya keinginan kuat buat bikin semua orang nyaman, senang, dan nggak kecewa. Tapi sayangnya, itu nggak selalu mungkin. Akhirnya, kalau ada satu orang yang terlihat "beda", langsung mikirnya: "Dia marah gak ya?" atau "Apa aku ngomong sesuatu yang salah?"
Overthinker cenderung people pleaser. Dan itu bikin energi mereka terkuras cuma buat mikirin penilaian orang lain.
4. Hal yang Belum Terjadi
"Besok kalau presentasinya gagal gimana?" atau "Nanti kalau aku ditolak gimana ya?" --- ini adalah makanan sehari-hari overthinker. Mereka jago banget bikin skenario masa depan yang bahkan belum tentu kejadian.
Padahal, nggak semua hal bisa dikontrol. Tapi buat overthinker, just in case itu penting. Sayangnya, itu bikin hidup jadi capek, karena selalu siap untuk hal buruk, tapi jarang siap buat yang baik.
5. Percakapan yang Udah Lewat
Percakapan dua menit bisa jadi bahan overthinking selama dua jam. Kalimat kayak "Eh, iya sih," bisa ditafsir sebagai tanda kecewa, sarkasme, atau sinis. Mereka bisa mengulang percakapan dalam kepala mereka, mencoba mengubah respon mereka, dan membayangkan versi 'lebih baik' dari yang udah terjadi.
6. Takut Mengecewakan Orang Lain
Overthinker tuh nggak cuma mikirin diri sendiri, tapi juga mikirin ekspektasi orang lain. Mereka takut banget ngecewain orang tua, sahabat, pasangan, bahkan atasan di kerjaan. Mereka bisa rela mengorbankan kenyamanan sendiri demi bikin orang lain happy.
Tapi ini sering jadi jebakan. Karena nggak semua orang sadar atau peduli seberapa keras usaha overthinker buat bikin semua orang puas.