Mohon tunggu...
Erica AuliaWidiani
Erica AuliaWidiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Writer - Content Creator - Businesswoman

Nama Lengkap : Erica Aulia Widiani | Seorang mahasiswa, menyukai tulis menulis dan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Jantung

6 April 2021   16:30 Diperbarui: 6 April 2021   16:40 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa?"

"Ini ladang kakekku dulu." Dewa menunjuk tempat yang kini terlihat gersang."Kenapa harus bukit ini?"

"Aku juga tidak tahu."

Amara kemudian melangkah menaiki bukit. Menghirup napas dalam-dalam dan duduk di samping batu berukuran sedang yang tertancap pada tanah. "Kita istirahat dulu."

Dewa menyusulnya duduk sambil mengeluarkan sebotol air dan kotak makanan. "Ada banyak hal yang harus kita cari, Wa. Kita harus mulai dari hutan itu."

Selesai makan, mereka lantas berjalan ke arah hutan. Ada sebuah pohon besar yang tumbuh di antara pohon-pohon yang lain. Amara menarik lengan Dewa menuju ke sana, memintanya menggali tanah di bawah pohon itu. Tanahnya cukup mudah digali dan Dewa menggunakan ranting yang dipatahkannya dari salah satu pohon. 

Hingga sudah cukup dalam, Dewa merasakan ujung rantingnya menabrak sesuatu yang keras. Amara bergegas mengorek tanah dengan jarinya. Sebuah kotak besi terlihat oleh mereka. 

"Katakan apa?"

Untuk sekian lama, Amara menatap Dewa dalam. Seperti berusaha menjawab pertanyaan pemuda itu dengan tanpa suara. "Peninggalanku."

Bersamaan dengan itu, Amara membuka kotak dan menunjukkan isinya pada Dewa. Sebuah boneka dan baju anak-anak yang lusuh. Dewa merasa bingung, keistimewaan apa yang dimiliki sebuah boneka dan baju yang dikubur dalam kotak besi selama entah berapa lama yang membuatnya harus keluar pagi buta untuk berjalan kaki menuju bukit dan akhirnya sampai di sini.

"Gadis itu, yang menemanimu bermain sepanjang pagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun