Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Asyiknya Diajak Belanja ke Pasar Tradisional Bersama Ibu Saat Kecil

26 Januari 2022   20:01 Diperbarui: 28 Januari 2022   13:04 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang bapak yang sedang melintas di pasar Jelambar, Jakarta Barat. Foto : Mario Nathaniel Liandar 

Masa-masa ketika kecil dahulu memang sangat indah dan tidak bisa terlupakan. Ketika sudah memasuki masa remaja hingga dewasa, masalah demi masalah mulai muncul ke permukaan. 

Kesenangan saat masa-masa belum bisa berpikir panjang alias masih pikiran bocil seolah terlupakan diganti dengan beban hidup di masa dewasa dari mulai kuliah hingga masuk ke dunia pekerjaan. 

Begitu pula yang saat ini sedang saya rasakan ketika menjadi mahasiswa akhir yang sibuk dengan dunia perskripsian dan masa depan.

Saat masih kecil, kita tidak dipusingkan dengan permasalahan hidup. Biarkanlah orang tua yang menyelesaikan permasalahan si buah hatinya. Mulai dari nakal manjat pagar tetangga sampai jajan jajanan yang kurang sehat. 

Meskipun dulu sering membeli jajanan di sekolah yang sebenarnya kurang higienis, namun saya sungguh merindukan masa-masa itu. 

Ya walaupun kadang suka dimarahi ibu, namun jajanan masa sekolah khususnya zaman SD selalu enak. Hitung-hitung membantu para pedagang yang ada di sekolah.

Dulu kalau di hari libur sekolah, saya selalu senang jika diajak oleh ibu belanja kebutuhan rumah tangga ke pasar tradisional yang masih akrab dengan dunia tawar-menawar. 

Zaman sekarang masih ada nggak ya anak-anak yang senang diajak oleh orang tuanya untuk becek-becekan ke pasar tradisional? 

Justru dulu meskipun becek, bau, dan berisik namun saya sangat senang dan menikmatinya apalagi kalau dibelikan ikan hias yang dalam plastik meskipun pada akhirnya  ikan tersebut tidak bertahan lama karena sering saya main-mainkan di kamar mandi.

Selain membeli ikan-ikan hias dalam plastik, saya juga selalu meminta untuk dibelikan burung-burung dalam sangkar kardus balok yang kecil atau ayam-ayam yang sudah diwarnai. Tidak lupa juga membeli perahu klotok yang suaranya khas. 

Zaman sekarang masih ada atau tidak ya? Hingga ibu saya kapok membawa saya ke pasar karena bukannya membantu tapi malah nyusahin dengan banyak permintaan. 

Tapi meskipun begitu, ibu saya masih tetap saja mengajak saya ketika belanja ke pasar sampai-sampai beberapa pedagang di sana sudah hafal betul dengan wajah saya.

Ketika sudah selesai belanja semua kebutuhan dapur dan rumah tangga, biasanya kami selalu mampir untuk makan bakso di tempat langganan yang lokasinya masih ada di dalam pasar. 

Kadang-kadang saya suka bertemu dengan teman satu sekolah. Mending kalau ketemunya dengan teman lelaki, beda halnya kalau ketemu dengan teman cewek atau malah orang yang kita suka auto malu banget. 

Pernah juga saya ketemu sama gebetan saat pulang di dalam angkot. Masih SD kok udah main gebet-menggebet. Hahaha. Namanya juga cinta monyet.

Ilustrasi ke pasar tradisional | Sumber gambar: Pixabay
Ilustrasi ke pasar tradisional | Sumber gambar: Pixabay

Salah satu agenda utama saya ketika ikut ibu belanja ke pasar tak lain dan tak bukan sebenarnya adalah untuk membeli kaset VCD atau DVD bajakan. 

Saat itu harga DVD bajakan harganya berkisar antara lima ribu sampai sepuluh ribu. Biasanya saya selalu membeli kaset anime naruto beratus-ratus episode, kumpulan film luar negeri, sampai kumpulan film horor dalam negeri. 

Terkadang saya juga selalu membeli kaset musik lokal yang sedang booming saat itu seperti lagu-lagu dari Peterpan, Radja, Samsons, sampai Kerispatih. 

Sesampainya di rumah, saya pun langsung menyetel kaset-kaset yang sudah dibeli. Ibu mulai memasak, saya mulai menonton.

Saya selalu pamer pada teman-teman ketika sudah pulang dari pasar dengan ibu. Biasanya saya akan mengajak teman-teman untuk datang ke rumah menonton kaset yang baru saya beli. 

Sambil menonton, ibu saya pun selalu memasak masakan untuk kami di ruang TV. Kalau tidak memasak mie, biasanya menunggu masakan utama yang bahan-bahannya baru dibeli di pasar. Hingga teman-teman saya pun terlalu betah hingga enggan untuk pulang terlalu cepat. Dasar bocah.

Masa-masa kecil memang sungguh indah dan tidak bisa terlupakan. Ketika sudah beranjak dewasa rasa-rasanya ingin kembali ke masa dahulu saat belum memikirkan banyak hal. 

Satu hal yang jarang saya sadari adalah ketika saya sudah semakin dewasa, maka hal itu beriringan pula dengan usia orang tua saya yang semakin tua. 

Meskipun tidak bisa balik ke masa-masa dahulu, setidaknya semoga kita masih diberi kesehatan untuk menikmati hidup bersama orang tua di rumah. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun