Puisi : Edy Priyatna
Meskipun sekarang ini masih terus pameran. Ekshibisi air mataku telah banyak terkuras. Berpikir keras memandikan orang fakir. Menggadai nyawanya ditempat sampah. Air mataku sudah mulai mengering. Selama untuk saudaraku dinegeri timur. Alokasi bagi busung lapar ditanah sendiri. Menderita karena hartanya direnggut.
Mitraku berpalinglah sebentar walaupun jauh. Kendatipun tempatkan aku dironggamu. Jalan napas datanglah dari letak diri. Sampaikan isi hatimu aku rindu solidaritas. Keleluasaan angin malam mulai mengalun. Berdelan menahan kerinduan bertemu. Setiap saban adegan dialog panjang. Menari ikuti irama di atas panggung.
Tiada ada seorangpun mampu menghapusmu. Kemudian karya sastra puisi itu mengalir. Bercucuran deras seperti angin mendesir. Aliran udara memadamkan api berkobar. Sedang demi kedua belah pengaruhmu. Kini larutan asalku masih banyak tersisa. Walakin tetap bukan untuk benuaku. Sebaliknya akan aku simpan di tempat.
(Pondok Petir, 04 Nopember 2019)