Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Tiada Ada Seorang pun Mampu Menghapusmu

19 November 2019   07:39 Diperbarui: 19 November 2019   07:38 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pexels.com

Puisi : Edy Priyatna

Meskipun sekarang ini masih terus pameran. Ekshibisi air mataku telah banyak terkuras. Berpikir keras memandikan orang fakir. Menggadai nyawanya ditempat sampah. Air mataku sudah mulai mengering. Selama untuk saudaraku dinegeri timur. Alokasi bagi busung lapar ditanah sendiri. Menderita karena hartanya direnggut.

Mitraku berpalinglah sebentar walaupun jauh. Kendatipun tempatkan aku dironggamu. Jalan napas datanglah dari letak diri. Sampaikan isi hatimu aku rindu solidaritas. Keleluasaan angin malam mulai mengalun. Berdelan menahan kerinduan bertemu. Setiap saban adegan dialog panjang. Menari ikuti irama di atas panggung.

Tiada ada seorangpun mampu menghapusmu. Kemudian karya sastra puisi itu mengalir. Bercucuran deras seperti angin mendesir. Aliran udara memadamkan api berkobar. Sedang demi kedua belah pengaruhmu. Kini larutan asalku masih banyak tersisa. Walakin tetap bukan untuk benuaku. Sebaliknya akan aku simpan di tempat.

(Pondok Petir, 04 Nopember 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun