Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Fauna Menjadi Tuna Pesanggrahan

18 Oktober 2019   06:40 Diperbarui: 18 Oktober 2019   06:46 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: industrious.info

Puisi : Edy Priyatna

Keadaan ini terlihat jelas pada lintah darat. Lingkungan nan sering mencekik leher. Ramah orang didesaku ranting kering tubuhnya. Fisik kandas rembulan sedikit redup. Muram pada malam makin pekat. Kental padahal mentari tak pernah berakhir. Terputus akibat karena kejauhanmu. Serta tak pernah ingin berhenti mencuri. Mengambil maka kau tak pernah tahu. Ingat dengan mimpi indah aku mencarimu. Mengejar bagai asa nan tertandu di kelopak. Pelupuk mata tertahan ditelan prahara. Badai terlihat bulat wajahmu berona putih. Bening ranum bercahaya perbenaan.

Kemudian indah dari jauh kumenjelajah. Mengembara ilmuku terasa ringan kubawa. Dukung dalam perjalanan selalu bertanya. Menyoal agar semua tahu itu apa terjawab. Segalanya itu semua agar otak tak membeku. Mengental diriku senantiasa ingin mengerti. Bangun karena pengetahuan membuatku kenyang. Cukup puas belanja tahu dan tempe. Hamba berharap pagi ini saat mentari. Surya mulai tiba dapat pergi ke pasar. Pekan menyinarkan sinarnya hutan. Berjatuhan hingga ikanpun kesetanan satwa. Alas kian gundul pohon bertumbangan. Fauna menjadi tuna pesanggrahan.

(Pondok Petir, 03 Oktober 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun