Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Cemerlang Mengalir Berlimpah dari Mata

14 Oktober 2019   08:16 Diperbarui: 14 Oktober 2019   13:57 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

Setelah kusebrangi bukit nan sedikit tandus. Kering kerontang karena tumbuhannya sirna. Menguap aku berlari menuju pantai biru. Safir diiringi hembusan angin sejuk hingga sepi. Ranah terdengar suara ombak deru kumandang. Lurah tanah air mengibarkan bendera ditiang.

Tajam analitis mengadu berbagai macam alasan. Latar belakang pada sebuah diskusi besar. Hebat pada catatan hidup nan belum bersih. Bening dari pada raut wajah bernoda biru. Tarum disiksa atau tersiksa aku berusaha tersenyum. Mencari jalan mesem walau wajah membeku.

Permintaan bunyi nyaring tetap tak didengar. Tangkap suara oleh para pemukim tanah. Semut malam menyentuh dada terurus. Aman membuatku terjaga mengingatkan doa. Restu tabur bunga harum tak pernah sirna. Pupus membuat ikan menari diriak sungai.

Cemerlang mengalir berlimpah dari mata. Benih dalam perut bumi semua melihat. Menatap serta menikmatinya semua mendengar. Endus timbunan suara angin mendesing. Berkesiuran dari samudera melewati pantai indah. Mulia menembus kesejukan pegunungan.

(Pondok Petir, 29 September 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun