Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tiada Tertahankan Aku Rindu

2 September 2019   04:18 Diperbarui: 4 September 2019   10:42 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengguncang dahsyat mampir ketempatku. Lingkungan gubah kegalauan hati. Emosi mengantarkan gelora renjana. Kasih sayang termasuk mengetuk jendela. Hingga sangkat larut melewati dini. Meski ditutup dengan hujan badai. Cepat mataku tetap tak dapat dipejamkan. Akan tetapi namun hatiku telah terlena. Terpejamkan hingga waktu subuh. Setelah menghadap sang pencipta.

Sementara kau sambut bisikkan. Bersenang hatilah hari ini akan rindu. Ketika saat fajar mulai menyingsing. Hamba termenung memandang laut. Takdirnya gempa itu adalah pintuku. Jelas masuk kedalam getaran. Kelak bersukacitalah karena akan penting. Beta agungkan di masa depan. Kemudian ketika kutatap wajahmu. Tanpa sadar air mata jatuh. 

Kelewat sangat adalah gumpalan. Melalui rasa berpacu dalam waktu. Tetapi memoriku tetap dapat mencatat. Mengukir waktu telah berputar. Disiplin ilmu sangat bermanfaat hikmah. Sudah pernah kudapat batasku singgah. Rasa hati ingin berontak mulutpun. Ingin berteriak namun lidah kelu. Bagi ventilasi dan jendela hatimu. Tiada tertahankan aku rindu.

(Pondok Petir, 18 Agustus 2019)

Puisi : Edy Priyatna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun