Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Gerus Menghancurkan Tumpah Darah

19 Agustus 2019   08:17 Diperbarui: 19 Agustus 2019   08:22 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna 

Tempo ini telah tiada tanah adat sungai. Dahulu benyanyi deras tinggal. Kubangan retak sunyi gersang. Tak ada lagi orang bermain didalam. Mereka pergi mencari tempat bermain. Beda lain di lorong prosedur. Di kolong jembatan di pasar terminal. Buat desa ini menjelma kota sunyi.

Tampak dalam benak semua kejadian. Lampau ketika ada bambu runcing. Dan senjata tajam di susur tangan. Kecil mengayun rentak mereka. Ibu bila kesedihan telah merasukmu. Alkisah maka lontarkanlah berangsangmu. Selaksa kau menyalin diriku. Agar sukmaku terjaga sadar dari penyakit.

Terhidang trik menuju kediamanmu. Lalu kala selorong dekat kelompok. Segala perih sembiluan mulas. Gering karena doa berakhir pada takdir. Perkampungan dan telaga timur. Tapi kini sunyi gersang hanya ada satu. Gemuruh tambang siang malam. Bagai menjaga rembulan mengusir surya.

Tiba-tiba saat terjaga membuyarkan. Rasa terai merubah keadaan. Mentari dari jalan menuju kediamanmu. Tak keruan memporakporandakan mereka. Menambah kesedihan terlihat langsung. Pada kasat mata semua teman. Kawanku temanku sahabatku saudaraku. Gerus menghancurkan tumpah darah.

(Pondok Petir, 04 Agustus 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun