Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Terbaring di Atas Mega Buram

8 Februari 2019   08:19 Diperbarui: 8 Februari 2019   09:11 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

Demi lagu pekik berdiri sendiri. Namun tak pernah merasakannya. Sedang terkunci rapat. Ketika kita memegang lilin. Pada siang harinya. Kolaborasi akhir waktu lalu. Akan aku sampaikan cerita ini. Senantiasa membagi sesuai porsi. Dengan modal kebersamaan hati. Saling memberi dan berbagi. Agar tercipta kerukunan abadi. Langsung pada matahari. Saat angin mulai bergerak. Telah datang rintik kesejukan. Di tengah datangnya kecerahan. Hingga membuat diriku merasa lebih lega.

Tatkala jiwaku terasa sarat. Ampunkan anakku kini. Hamba tidak mengeluh. Sekarang kami bukan merengek. Benderang pada langit mulai bergerak. Menandai lubang hitam. Kendati angin badai membelai jiwa putih. Menghempas memperpanjang waktu. Untuk tiba di sudut ruang baru. Sekiranya ada hidup panjang. Tak ingin hidup tangan kosong. Perkenankanlah mencari kembali. Indahnya ingat telah berjanji. Mengabadikan air kesedihan. Ketika itu aku tahu kau tak tahu. Terbaring di atas mega buram.

(Pondok Petir, 03 Pebruari 2019)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun