Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Menghempas Memperpanjang Waktu

14 Desember 2018   08:57 Diperbarui: 14 Desember 2018   09:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : svstanet.com

Puisi : Edy Priyatna

Hamba sendiri berjalan di mata jalan. Bulan hilang di telan kelam awan. Memandang lelap wajahmu. Ku harap ada kepastian. Manakala kau terjaga di keesokan fajar. Tebaran pada lendir kelemayar memberi petunjuk. Jalan berliku kian sarat kelelahan. Mengikis habis sedikit demi sedikit. Setubuh daya raga memberi pilihan. Patah atau semangat yang hinggap. Gugurnya rasa bertenaga. Terganggu tanggapan hati. Berganti pada dasar alami. Melatih diri untuk biasa. Bagi pulang sendiri. Akan berubah nyata. Kemudian membakar semangat. Bangkitkan untuk maju kembali.

Relung hati selalu ada keluh. Mengganggu benak untuk berperang. Setelah habis mengasah pikiran. Jejak dapat tertapak. Meninggalkan rasa tangan kosong. Kini waktunya menampilkan. Laga pada hamparan. Bentala tumpah darah kita. Tanah air keturunan. Maju selangkah demi selangkah. Sementara dalam kebersamaan. Untuk bangkit kembali. Kalau kibarkan bendera. Cemerlang pada langit mulai bergerak. Menandai lubang hitam. Kendati angin badai membelai jiwa putih. Menghempas memperpanjang waktu. Untuk tiba disudut ruang baru.

(Pondok Petir, 10 Desember 2018)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun