Selama mengadu berbagai macam alasan
pada sebuah diskusi nan besar
pada catatan hidup belum bersih
dari raut wajah bernoda biru
mendengar suara harapan lantang
berteriak dengan bahasa asing
pada malam telah larut
saat lidahku mulai kelu
Sengsara siksa atau tersiksa
aku berusaha tersenyum walau berpadu
panggilan suara nyaring
tetap tak di dengar oleh penghuni tanah
senja segera terlewati
mentaripun mulai menyebarkan gelap
sementara beranda hati masih terluka
cemara menderak memanggil kita pulang
Selagi ada perubahan waktu
malam pekat saat ini
aku ingin kamu datang
tanpa harus dijemput lagi
namun bila tak hendak
segera katakan jangan tunda
karena aku akan berteriak keras
bangunlah kembali berdiri dan berlari
Saat jingga mulai menghilang
gerak langkah cepat tidak biasa
lambat dan berat mengiring kelam
membuat kita tak tahu arah kembali
terserempak merebak satu suara
angin hembusan nafasmu
membuat rasa rindu nan mendalam
sangat suka kugambarkan kisahmu
(Pondok Petir, 08 Mei 2018)
Puisi : Edy Priyatna