Mohon tunggu...
Eni Susanti
Eni Susanti Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD di salah satu sekolah swasta di kabupaten Pemalang, Jawa Tengah

Wanita lahir di Pemalang, 13 Agustus 1986. Menikah dengan Gusdianto, 1 November 2007 dengan dikaruniai empat orang anak. Mulai mengajar pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Nonformal di Kelompok Bermain Nisa Al-Hidayah tahun 2010-2013. Terjun di dunia marketing perbukuan pada 2013-2014. Kembali mengajar pada PAUD formal di salah satu TK swasta tahun 2014-sekarang. Lulus S1 Universitas Ivet Semarang jurusan PG-PAUD tahun 2019 angkatan ke-1 yang sebelumnya bernama IKIP Veteran Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bisa Menjadi Ibu Sekaligus Ayah tapi Ayah Tidak Pernah Bisa Menjadi Ibu

31 Oktober 2020   21:22 Diperbarui: 31 Oktober 2020   21:32 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada masa pandemi yang tidak tahu kapan berakhirnya, banyak menjadikan perubahan dalam setiap tatanan, begitu pula dalam tatanan rumah tangga. 

Ayah kadang harus ikut berperan mengasuh dan menemani anak-anak belajar maupun bermain di rumah. Ibu juga harus ikut mencari uang tambahan untuk menopang hidup dalam menghadapi masa pandemi. 

Bertukar peran dalam rumah tangga tidak hanya dirasakan oleh para anggota keluarga yang serumah atau yang hidup bersama dalam satu wilayah. Hal itu juga harus dilakukan oleh pasangan yang harus merasakan hubungan jarak jauh atau biasa disebut LDR. 

Dalam hubungan rumah tangga Long Distance Relation (LDR), tentu masa pandemi menjadi masa yang sulit. Mengharuskan ibu dan ayah yang terpisah jarakpun tidak hanya merasakan tukar peran dalam keluarga,namun juga harus melakukan peran ganda. 

Ada beberapa perusahaan yang menerapkan aturan ketat PSBB dalam mencegah penyebaran Covid-19. Peraturan tidak boleh mudik atau keluar dari wilayah pabrik atau perusahaan. Jika melanggar tentu akan mendapatkan sanksi, baik sanksi karantina, harus melakukan swab sendiri dengan biaya yang mahal, atau bahkan sanksi tegas lainnya. 

Dalam masa sulit seperti sekarang ini, tentu para pekerja tidak mau ambil resiko. Daripada mengeluarkan uang banyak untuk swab atau malah dipecat, jadi mending menurut saja pada aturan. Apalagi mencari pekerjaan lebih sulit, bahkan banyak perusahaan tutup dan merumahkan pekerjanya. 

Oleh karena itu, banyak pasangan  LDR yang harus merasakan hubungan jarak jauh lebih lama dan masing-masing harus melakukan tukar peran dalam rumah tangga. 

Hal ini pun yang saya alami. Ketika harus jauh dari suami, merasakan hubungan jarak jauh yang lebih lama dan dibatasi peraturan, memaksa saya untuk bisa memerankan peran ganda. Tidak hanya menjadi ibu, tetapi juga harus memerankan sosok ayah. 

Menjadi wanita tentu tidak mudah jauh dari suami dan harus mengurus anak-anak  dengan tidak ditemani suami. Tantangan yang cukup besar dan menimbulkan banyak problematika bagi yang tidak terbiasa. 

Keadaan yang memaksa saya harus menjalani hubungan jarak jauh dan masing-masing harus memerankan peran ganda. 

Kegiatan seorang ibu mulai dari membuka mata sampai tidur tidak ada hentinya. Mulai dari menyiapkan makan untuk anak-anak, mencuci baju dengan serentetan prosesnya, mencuci piring, membereskan rumah dan sederetan kegiatan rumah lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun