Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dibalik Wajah Pucat

22 September 2025   14:38 Diperbarui: 22 September 2025   14:38 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru perpustakaan, Bu Ratna, melihatnya. Wanita itu mendekat dan bertanya pelan, "Kenapa menangis, Fauzi?"

Fauzi buru-buru mengusap air matanya, "Tidak, Bu. Hanya... capek sedikit."

Bu Ratna menatap tumpukan buku di mejanya, "Capek mengerjakan tugas teman-temanmu, ya?"

Fauzi terdiam. Matanya basah. Ia ingin berkata jujur, tapi takut dibilang pengadu. Akhirnya ia hanya mengangguk kecil.

"Fauzi," Bu Ratna menepuk bahunya lembut, "Kamu anak pintar. Jangan biarkan orang lain memanfaatkanmu. Tugas itu untuk belajar masing-masing, bukan membebanimu. Kalau kamu merasa keberatan, katakan saja 'tidak'."

Kata-kata itu menancap di hati Fauzi. Tapi, bagaimana mungkin ia menolak? Teman-temannya bisa marah atau mengejeknya.

Malam itu, Fauzi duduk di meja belajarnya. Lampu redup, buku-buku berserakan. Ia memandang daftar tugas yang harus ia selesaikan. Ada tugasnya sendiri, ada pula milik tiga teman.

Ia menutup buku, menatap keluar jendela. Langit gelap, bintang bertebaran. Ia menahan dadanya yang kembali sesak. Ya Allah, kuatkan aku. Aku ingin belajar. Aku ingin menjadi orang yang berguna. Tapi kenapa aku harus selalu dimanfaatkan?

Orang tuanya masuk kamar. Ibu duduk di sampingnya, membelai kepalanya, "Nak, jangan terlalu memaksakan diri. Ingat, kesehatanmu lebih penting."

"Aku ingin pintar, Bu. Aku ingin seperti teman-teman lain. Aku tidak mau kalah karena tubuhku lemah."

Ibunya tersenyum sedih, "Kamu tidak kalah, Zi. Justru kamu sudah menang, karena bisa bertahan sejauh ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun