Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ajak Siswa Mencintai Budaya Lokal Melalui Media dan Model Pembelajaran

1 Desember 2021   20:27 Diperbarui: 2 Desember 2021   05:06 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program penguatan pendidikan karakter menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa (Dok. Wahana Visi Indonesia)

Sebenarnya pengaruh budaya Korea yang dilihat melalui drama Korea ini, tidak hanya tercermin dalam cerpen yang mereka buat. Namun saya sering melihatnya dalam kehidupan sehari-hari anak-anak remaja ini. Seperti dalam mengonsumsi makanan, dibuat ala-ala Korea, meski bahanya dari dalam negeri.

Pun cara mereka berbicara sudah mengikuti logat artis Korea. Cara berpakaian, mulai meniru model tokoh idola yang ia tonton di drama Korea. 

Selera musik juga sudah mulai berubah, mengikuti tren K-pop. Bahkan tidak sedikit tingkah laku para remaja ini sudah mulai kecanduan dengan budaya populer bangsa asing.

Arus informasi dari luar negeri yang masuk ke Indonesia ini memang telah membawa budaya asing tak dapat di tolak maupun ditawar lagi. Apalagi dengan pesatnya perkembangam media sosial, membuat semua orang bisa mengakses semua informasi yang diinginkan. 

Secara perlahan tapi pasti dan nyata, rasa cinta terhadap adat-istiadat atau tradisi yang sudah dibangun para leluhur mulai luntur. Tergantikan budaya asing yang tentu tidak seluruhnya mencerminkan etika budaya timur negeri ini.

Dilansir Kompas (20/03/2021) bahwa menurut hasil survey Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 16 Agustus 2020, sebanyak 91,1 persen dari 924 responden di 28 kota di Indoensia mengaku menonton K-drama selama pandemi, meningkat dari 87,8 persen sebelum masa pandemi. 

Menurut survey LIPI, rata-rata waktu yang digunakan untuk drama Korea juga meningkat dari 2,7  jam perhari sebelum pandemi menjadi 4,6 jam perhari semasa pandemi.

Bila generasi muda sudah kecanduan tontonan dari peroduksi luar negeri, tentu ini akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir, pandangan hidup dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Bahkan bisa menyebabkan tergesernya rasa cinta terhadap budaya daerah dan perilaku yang cukup signifikan.

Mereka lebih mengenal Kim So-Hyun daripada Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi. Lebih paham Hwang Sun-oh daripada Prilly Latuconsia, penulis buku dan artis Indonesia. 

Lebih mengagumi Lee Hye-Yeong daripada Sri Izzati, peraih penghargaan MURI karena ketika sebagai penulis cilik rajin menulis buku KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya).

Bila setiap hari yang dilihat dan didengar remaja tentang kisah drama Korea, maka sangat mungkin suatu hari nanti mereka bangga bercerita tentang budaya Dance Hot Sauce daripada tari Reog Ponorogo Lebih bahagia menyanyikan You Are My Everything daripada Cublak-Cublak Suweng. Lebih senang mengonsumsi kimchi dariapada gethuk lindri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun