Mohon tunggu...
Engelbertus Djo
Engelbertus Djo Mohon Tunggu... -

Bertani dan Beternak di Flores

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tour de Flores dan Apa Saja Dibaliknya

17 April 2016   02:27 Diperbarui: 4 Mei 2016   01:03 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagelaran balap sepeda bertaraf internasional dengan tajuk Tour de Flores (TdF) sebentar lagi akan digelar dengan rute Larantuka – Labuan Bajo. Sebagai orang asli Flores tentu saja kita patut berbangga karena ajang bergengsi ini katanya ingin memperkenalkan pariwisata Flores kepada dunia internasional – dengan demikian jumlah wisatawan yang datang ke pulau Flores juga akan meningkat sesuai dengan harapan para pelaku industri pariwisata disalah satu pulau yang pernah menjadi tempat pengasingan sang proklamator Bung Karno.

Diawali oleh ide para Alumni Seminari Mataloko (Yayasan ALSEMAT) maka ide tersebut kemudian diwujudkan oleh Pemimpin Redaksi BeritaSatu yakni Bapak Primus Dori Mulu yang kemudian membentuk tim yang minim pengalaman lantaran pada akhirnya TdF diberikan pada salah satu Event Organizer yang pernah menjadi EO diajang Tour de Singkarak untuk menanganinya dibawah pengawasan Kementerian Pariwisata. Anggota Tim yang dibentuk dengan NIAT untuk meraih keuntungan secara perlahan tersingkir seiring dengan diambil alihnya ajang ini – hingga pada akhirnya mereka seperti orang kebakaran jenggot yang terus memfitnah satu sama lainnya.

Flores memang sedang menjadi pusat perhatian dunia dimana hal ini bisa dibuktikan dari terus berdatangannya wisatawan lokal dan mancanegara diwilayah ini. Labuan Bajo telah menjadi salah satu destinasi pariwisata walaupun secara perlahan penduduk pribumi mulai bergeser karena tanahnya dibeli oleh para pengusaha yang ingin membangun hotel dan sebagainya tanpa ada perencanaan yang terstruktur oleh pemerintah setempat yang lebih mengutamakan pundi-pundi uangnya terisi oleh bonus atau hadiah yang ditawarkan oleh para pengusaha untuk memuluskan jalannya bisnis mereka di Labuan Bajo. 

Sebut saja Bapak Wawan Loso dan para centengnya yang menjadi calo tanah di Labuan Bajo di mana baginya yang penting lahan tersebut dibeli oleh para pengusaha dan mereka mendapat keuntungan sekalipun lahan itu adalah kebun dari warga pribumi.

[caption caption="Bapak Wawan Loso (Lingkaran)"][/caption]Walaupun TdF merupakan agenda nasional tentu saja pemerintah daerah memiliki hak pula untuk menolak kebijakan yang membebani PEMDA setempat. Bupati Ngada, Bapak Marianus Sae menjadi orang pertama yang secara terbuka menyampaikan keberatannya lantaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT diwajibkan mengalokasikan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2016 senilai Rp3 miliar. Itu artinya total APBD yang akan terpakai di Tour de Flores sebesar Rp16,5 miliar. 

Biaya yang sangat besar tersebut digunakan untuk penginapan dan makan minum peserta. Sungguh mengherankan, sudah ada EO yang menangani ajang ini dengan biaya pendaftaran yang cukup besar kemudian PEMPROV dan PEMDA yang diwajibkan untuk menyiapkan dananya. Suatu hal yang tidak masuk akal bagi kami di Flores yang saat ini masih membutuhkan dana yang besar untuk sektor Pendidikan dan juga Infrastruktur terutama akses jalan raya.

Publik di Flores belum siap untuk memulai industri pariwisata dan mereka perlu diberikan banyak pelatihan dan juga wawasan tentang industri pariwisata. Jika hal ini disepelekan maka TdF akan menjadi ajang untuk “ramai-ramai” saja karena memang di Flores jarang sekali ada sebuah ajang besar. Publik akan mendapatkan hiburan karena bisa menyaksikan dari pinggir jalan dimana mereka dapat menyaksikan para pebalap melewati wilayahnya.

Nuansa Politis dan Bisnis Diadakannya Tour de Flores

Mungkin banyak yang tidak mengetahuinya namun secara kasat mata penulis amati bahwa ajang yang terlalu dipaksakan ini ada nuansa politis dan bisnis didalamnya. Bapak Primus Dori Mulu mungkin saja bukanlah seorang yang ambisius namun patut dapat diduga bahwa ajang ini ada nuansa politis didalamnya karena untuk memuluskan langkah Kakaknya yaitu Dokter Yohanes Don Bosco Do yang dikabarkan akan kembali mencalonkan diri menjadi orang nomor satu di Kabupaten Nagekeo. Sedangkan dari segi bisnis, patut dapat diduga bahwa ajang ini untuk mendukung bisnisnya Lippo Group karena seperti yang sudah kita ketahui bahwa BeritaSatu merupakan salah satu media milik Lippo Group yang mempekerjakan Bapak PDM sebagai Pemimpin Redaksi (PEMRED).

Penolakan pembangunan RS Siloam dibeberapa daerah tentu saja membuat Lippo Group mencari area lain dan Labuan Bajo menjadi pilihannya karena sudah pasti RS Siloam dapat diterima oleh masyarakat walaupun dengan tarif yang tak semua orang dapat menjangkaunya. Sebagai orang media tentu saja sangat mudah bagi Bapak PDM untuk melobi pemerintah walaupun kita juga perlu mensyukuri karena beliau mampu memperkenalkan wisata Flores dengan mengajak Bapak Rizal Ramli dan lainnya untuk berlibur di Labuan Bajo. Kami sebagai raksyat bawah yang gagal paham tentang TdF mengingatkan bahwa PEMPROV NTT sebaiknya koreksi terlebih dahulu mengenai dana APBD yang akan digunakan untuk ajang TdF.

http://www.sergapntt.com/tour-de-flores-habiskan-apbd-rp165-miliar-bupati-ngada-masyarakat-dapat-apa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun