Bagian Kedua, Perspektif strategi pengembangan Pulau Owi dengan visi: "Terwujudnya Pulau Owi sebagai pintu masuk Daerah Tujuan Wisata di Kawasan Teluk Cenderawasih Berbasis Nilai-Nilai Sejarah untuk Kesejahteraan Rakyat".
Visi ini kemudian dipertajam dengan misi dan penyusunan rencana induk pengembangan Pulau Owi dengan tujuan serta sasaran yang dipaparkan secara rinci.Â
Bagian Ketiga, pembahasan fokus tentang realitas Pulau Owi dalam lingkup Kabupaten Biak Numfor. Â Baik dari dimensi geografi dan demografi, monografi hukum adat, serta keadaan umum Pulau Owi; Pulau Owi sebagai pilar pengembangan wisata; Dan ditambahkan mengenai obyek sejarah Perang Dunia II, obyek sejarah gereja dan beberapa obyek penting lainnya.
Bagian Keempat, disampaikan adanya harapan baru. Bahwa, jika potensi pariwisata yang ada dikembangkan secara profesional, arif dan bijaksana, maka Pulau Owi akan memiliki multiplier effects. Â Yaitu, efek pengganda yang besar bagi wisata sejarah Perang Dunia II, dan ragam potensi wisata lainnya di Wilayah Tanah Papua. Dan juga bahwa pembangunan berkelanjutan Pulau Owi dan Wilayah Tanah Papua, harus berbasis komunitas dan kearifan lokal serta melibatkan partisipasi masyarakat.
Dan penulis mengakhiri bagian isi buku ini, dengan mengajak untuk bersama-sama menatap ke depan. Bahwa, masa depan Pulau Owi sebagai maskot dan pintu masuk pariwisata di Kawasan Teluk Cenderawasih dan Wilayah Tanah Papua, pada umumnya, terlihat sangat cerah.
Demikian garis besar isi buku ini. Namun ada beberapa bagian yang perlu ditinjau berdasarkan kondisi saat ini, dan apa yang telah dilakukan. Dan hal itu yang perlu saya tanggapi, sekaligus memberi saran bagi pembangunan parisiwsata di Pulau Owi.
Tanggapan dan Saran
Saya sadari bahwa, buku ini ditulis pada tahun 2008, saat Freddy Numberi menjadi  Menteri Kalautan dan Perikanan. Sehingga pembangunan pariwisata di Pulau Owi sebagaimana konsep penulis dalam buku ini bisa saja dianggap tinggal kenangan. Tetapi pilihan Freddy Numberi untuk mengangkat pontesi pariwisata di Pulau Owi itu didasarkan pada fakta. Bahwa memang Pulau Owi memiliki potensi ODTW, yang pantas menjadikannya sebagai destinasi dan pintu masuk pariwisata, di teluk cenderawasih dan wilayah Tanah Papua.
Untuk itu patut disyukuri, dan perlu memberi respon positif terhadap konsep pembangunan pariwisata di Pulau Owi oleh Freddy Numberi dalam bukunya ini. Bentuk responnya adalah dengan memulai sesuatu yang kecil tanpa menunggu pemerintah dan pihak  lainnya.
Ini bukan berarti, bahwa belum ada sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat Owi untuk mengelola potensi pariwisata yang ada. Sesungguhnya sudah ada upaya mengelola potensi yang ada oleh pemerintah dari empat desa (kampung) di Pulau Owi. Bahkan saat ini generasi muda di Kampung Yendakam telah mengambil inisiatif untuk memgelola pantai yang ada sebagai obyek wisata. Dan sudah dikunjungi wisatawan lokal Biak, bahkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor.
Sehingga kita perlu mendukung inisiatif anak-anak muda di kampung. Dengan melihat bagaimana konsep pariwisata dalam buku ini. Apakah pembangunan pariwisata sudah berjalan sesuai konsepnya atau tidak? Dan selanjutnya apa yang harus dilakukan? Untuk itu ijinkan saya memberi sedikit pandangan atau tanggapan, seperti berikut: