Mohon tunggu...
Endhy GW
Endhy GW Mohon Tunggu... Freelancer - Kembali menulis

Perkenalkan, saya adalah aktivis lingkungan yang juga merupakan karyawan swasta sebuah perusahaan asuransi di Indonesia. Menulis dulunya menjadi mata pencaharian saya ketika bekerja di sebuah majalah "Wedding" kenamaan di area Surabaya pada tahun 2009-2011. Saya tertarik untuk kembali menulis dan menjadi bagian dari keluarga besar kompasiana. Sebelumnya saya mohon maaf jika gaya penulisan saya gamblang dan to the point. Salam hormat

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Indonesia Hijau Indonesia Maju

25 Juli 2022   21:01 Diperbarui: 25 Juli 2022   21:03 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Maju melalui Investasi Hijau

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga masyarakat Indonesia berhasil melalui masa-masa pandemi yang serba sulit selama kurun waktu 2 tahun lebih ini. 

Saat ini di tahun 2022, jika menilik ke belakang di era-80 dan 90, jika kita menonton film-film Hollywood, tahun 2000 keatas merupakan tahun masa depan yang serba futuristik. 

Atmosfir yang penuh dengan teknologi ter-mutakhir seperti sistem transportasi super canggih dengan mobil terbang, bangunan-bangunan menjulang dengan tatanan kota yang serba hijau, udara yang bersih dan masih banyak hal menakjubkan lainnya.

Pertanyaannya, dimanakah semua impian dan imajinasi kita tentang masa depan seperti yang tampak pada film-film Hollywood itu? Pada kenyataannya, cara kita hidup masih tergolong primitif dan konvensional. Bagaimana tidak? Banyak orang masih dengan mudahnya membakar sampah dengan alasan lebih praktis. 

Membuang dan memilah sampah pun masih harus diingatkan. Begitu kecanduannya masyarakat terhadap produk rokok sehingga pada saat berkendara pun merokok tanpa mempedulikan betapa bahayanya abu rokok jika masuk ke mata pengendara motor di belakangnya. 

Penggunaan sampah plastik sekali pakai berlebihan yang dibawa rombongan ke lokasi wisata namun tidak memperhatikan kebersihan lokasi wisata yang dituju, serta masih begitu banyak hal lain yang menjadikan masyarakat kita sulit maju dan berkembang dalam hal penghijauan dan teknologi.

Sepertinya masih butuh waktu yang tidak singkat untuk mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia. Belum lagi soal harga mobil listrik yang tergolong tinggi sehingga masyarakat belum tertarik untuk memiliki kendaraan yang lebih ramah lingkungan, harga motor listrik pun tidak jauh berbeda dengan harga motor berbahan bakar fosil. Investasi di bidang kendaraan listrik akan lebih menjanjikan daripada terus-menerus memberi subsidi BBM yang harganya kian meroket dengan adanya perang Rusia di Ukraina.

Penggunaan listrik berlebih dan ketergantungan masyarakat terhadap PLN juga faktor lain yang perlu dibenahi, jika terjadi pemadaman listrik bergilir maka genset berbahan bakar solar pun jadi alternatif satu-satunya kantor perusahaan dan perhotelan. 

Begitu pula dengan tambang batu bara yang limbahnya menjadi polusi yang berdampak bagi kesehatan masyarakat sekitar. Sudah saatnya kita belajar dari negara maju yang lebih memilih berinvestasi di energi yang lebih bersih, terbarukan dan berkesinambungan seperti tenaga surya dan angin.

Perluasan lahan untuk perkebunan sawit dengan cara menebang pohon dan membakar hutan yang jelas-jelas merusak ekosistem dan habitat satwa endemik, justru terus menerus mendapatkan izin resmi. Sementara di sisi lain, para petani kelapa sawit mengeluh ke pemerintah tentang pendapatan minim mereka. 

Sekarang kita semua menanggung akibatnya sadar atau tidak disadari. Silakan cek di smartphone masing-masing temperatur saat ini dibanding temperatur 10 tahun lalu dan 10 tahun kedepan, apakah semakin membaik atau semakin kacau iklimnya? Banjir sering terjadi di berbagai tempat, gelombang panas yang banyak memakan korban, berbagai jenis virus yang terbebas dari es abadi akibat lepasnya gas metana ke udara atau bahasa beken-nya pemanasan global. 

Peternakan juga menjadi sektor yang perlu diteliti lebih lanjut karena terbukti berdampak pada pembakaran lahan hutan untuk dijadikan perkebunan jagung yang menjadi pakan utama hewan ternak. Belum lagi soal kotoran yang mengandung gas metana, dampaknya lebih buruk daripada polusi yang dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar minyak fosil.

Jejak karbon juga merupakan masalah lain yang tidak kita sadari dampaknya sangat mengancam karena ketidak-pahaman masyarakat bahwa bepergian dengan menggunakan kendaraan berbahan bakar minyak fosil meninggalkan jejak karbon. Karena masyarakat tidak paham emisi karbon yang tidak mengepul sebagai asap ternyata melepas karbon ke udara. 

Jika volume karbon terlepas dalam jumlah besar khususnya pada saat jam masuk sekolah, kantor, bahkan pada saat touring bersama komunitas, karbon-karbon tak kasat mata tersebut berakhir ke laut sehingga menyebabkan naiknya kadar asam yang membuat koral mati (Coral Bleaching). 

Koral sangat penting bagi kehidupan biota laut, karena merupakan rumah bagi berbagai jenis ikan dan binatang laut lainnya. Tak heran jika belakangan ini semakin menyusut jumlah ikan di perairan laut.

Jika membicarakan tentang kondisi laut, pembaca juga pasti menyadari betapa banyaknya sampah plastik yang berakhir di laut. Ikan-ikan yang kita konsumsi pun mengandung micro-plastic. Apakah kita dengan lugunya masih berharap partikel mikro plastik yang sudah masuk di tubuh kita akan terus membuat badan sehat? 

Masihkah kita bangga dengan melakukan bisnis yang merugikan alam sekitar atau dengan mengesampingkan kesejahteraan dan kelestarian hutan, laut dan alam semesta? Dimana hati nurani para pelaku bisnis yang mendapatkan izin resmi dari pemerintah untuk mengeksploitasi alam Indonesia? 

Apakah mereka ini memikirkan nasib anak-cucu generasi mereka berikutnya kelak? Atau hanya dengan berpikir sempit semata hidup untuk saat ini saja? Sadarkah mereka bahwa kekayaan yang mereka dapatkan itu merupakan hasil dari merugikan atau mengorbankan alam yang dihuninya? 

Apakah kita akan tetap diam dan pura-pura peduli namun tidak sungguh-sungguh beraksi nyata untuk pembangunan negeri ini yang lebih ramah lingkungan dan menjanjikan bagi generasi mendatang? Bagaimana kita dapat merubah mind set masyarakat kita? Inilah tantangan sebenarnya bagi kita kaum millennial, generasi Y dan Z Indonesia untuk memperbaiki apa yang sudah salah kaprah terjadi di negeri ini selama puluhan tahun.

Maka dengan adanya agenda G20 dimana Indonesia menjadi pemegang Presidensi G20 tahun 2022 ini, sebenarnya merupakan momentum penting yang terlalu sayang jika dilewatkan karena merupakan jalan menuju masa depan yang lebih hijau dan lebih bersih. 

Bank Indonesia pun ingin mengajak Kompasianer dan jurnalis untuk berpartisipasi menjadi bagian dari sejarah dengan mengikuti G20 BI-Stronger Fest Article Writing Challenge. 

Inilah saat yang tepat untuk menjadikan titik balik bagi masyarakat untuk menyuarakan gerakan penghijauan dan investasi hijau yang lebih menjanjikan di masa depan. Saatnya Indonesia menjadi contoh dan teladan bagi dunia.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun