Beberapa hal dalam hidup bisa ditunda.
Membalas email. Mengerjakan laporan. Bahkan rencana liburan.
Tapi satu hal yang tidak bisa ditunda adalah kehilangan.
Kita hidup seolah waktu adalah benda elastis.
Seolah semua orang yang kita cintai akan selalu ada di sana,
menunggu kita selesai dengan kesibukan,
sampai kita punya waktu untuk benar-benar hadir bagi mereka.
Padahal hidup tidak menunggu.
Aku pernah mendengar kisah seorang anak muda yang menyesal tak sempat menemui ayahnya sebelum berpulang. Bukan karena jauh, bukan karena tak tahu. Tapi karena terlalu yakin bahwa besok masih ada.
Dan kita semua, pernah seperti itu.
Terlalu yakin bahwa "nanti" akan datang.
Terlalu percaya bahwa kesempatan itu akan tetap tersedia.
Tapi hidup tidak punya fitur replay.
Tidak ada "ctrl+Z" untuk detik yang terlewat.
"Hadirlah, sebab hidup tak bisa diulang."
Kehadiran bukan hal besar.
Kadang ia hanya berarti mendengarkan dengan sungguh.
Memandang dengan penuh.
Menyentuh tanpa terburu-buru.
Menjawab dengan rasa, bukan otomatisasi.
Kehadiran adalah tindakan mencintai tanpa terganggu notifikasi.
Tindakan menghormati detik, bukan hanya mengejar target.
Kita menyimpan ribuan foto demi mengabadikan momen.
Tapi apakah kita benar-benar ada saat momen itu terjadi?
Apakah kita hadir di dalam foto itu, atau sekadar menjadi bayangan di balik kamera?