Mohon tunggu...
Endang Setiawati
Endang Setiawati Mohon Tunggu... Lainnya - شبان اليوم رجال الغد
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Aku adalah aku dengan segala kekuranganku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bumi Sendu

4 Agustus 2020   20:30 Diperbarui: 4 Agustus 2020   20:31 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"kayak gak pernah di perhatiin aja. Playboy kampus kok kurang perhatian, hahaha" Ejek ku.

"kamu memang suka menarik kesimpulan sendiri. Aku bukan playboy tahu..., kan cintaku hanya untuk mu, hehehehe"

"udah sana pulang, ngehalu aja terus. Hahahahaha."

"okay, good bye nona cerewet." Rezki pun berlalu dengan motornya.

Sesampainya di perpustakaan, karena ini masih pagi terlihat hanya beberapa mahasiswa yang sedang membaca buku dan satu staff yang sedang sibuk mengurus data peminjaman buku. Aku mengambil sebuah novel, yang beberapa hari lalu belum selesai ku baca. Keasyikan membaca buku. Sampai aku tidak menyadari ada seseorang yang mendekati.

"hei, boleh ku pinjam penamu?."

"hah." Sejenak aku terdiam. "bo..boleh. Tunggu bentar ya."  (sembari memberikan pena), seketika aku gagu.

"makasih ya, nanti ku kembalikan." Bumi tersenyum manis.

Entah, mimpi apa aku malam tadi. Sehingga pagi ini aku bisa melihatnya kurang dari sepuluh langkah.
Jarak terdekatku hanya sepuluh langkah darimu.
Namun hari ini, tuhan memberi ku lebih. Aku seolah di izinkan untuk mendekat.
Kamu seolah paham, bahwa aku begitu menginginkan.
Kekaguman yang ku simpan diam-diam, ternyata menyuburkan cinta dalam-dalam.
Aku tak pernah memiliki keberanian lebih untuk mengatakan.
Bukan tersebab tak ingin mengusahakan. Namun kamu terlalu luar biasa untuk ku cintai dengan biasa. Dua tahun sudah, aku tak pernah berniat menenggelamkannya. Ku simpan saja.Entah ini perihal waktu atau takdir. Bagiku kamu penguat dititik nadir.
Catatku di buku harian.

Dua tahun kemudian...

Hari ini mentari bersinar dengan teriknya. Panasnya menyengat kulit. Empat tahun sudah mengenyam pendidikan di jurusan sastra bahasa Indonesia. Hari ini aku sidang skripsi. Ujung dari batas untuk mulai masuk ke gerbang perjalanan berikutnya. Kulihat, pagi-pagi sekali ibu, ayah sudah siap untuk mendampingiku sidang skripsi.
Terlihat wajah sumringah ayah dan ibu. Mereka menunggu di luar sidang dengan sabar dan penuh kecemasan, karena hari ini merupakan penentu, berhasil atau tidaknya aku dalam belajar. Aku pun keluar dari ruang sidang skripsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun