Mohon tunggu...
Endah Tri Rachmani
Endah Tri Rachmani Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga dengan 3 anak yang juga bekerja sebagai guru.

Menulis untuk berbagi kisah tentang cerita-cerita kehidupan di lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kencana Wingka

19 Februari 2022   17:46 Diperbarui: 19 Februari 2022   17:57 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ibu dan anak/ Dunia Belajar Anak

Ibu-ibu lain yang mendengar jawaban Bu Dona kompak menjawab, "Oh ... roti oles."

Biasa saja tanggapan ibu-ibu, namun dalam penerimaan Bu Dona, ada Muta menghina dalam tanggapan mereka atas kemampuan Albert membuat roti oles selai. Dia pun segera beranjak pulang tanpa berpamitan pada gerombolan ibu-ibu yang masih asyik ngobrol.

Lain hari, beda lagi cerita Bu Dona tentang Albert. Kali ini tentang betapa pintarnya Albert di sekolah.

"Albert itu ya, bisa aja bikin saya bangga. Tadi itu kan dia ulangan matematika di sekolah, masa nilainya 100. Coba ibu-ibu, gimana saya nggak bangga kalau begitu? Lain anaknya Bu Rina, itu lo Si Bondan, sekolah kok tinggal kelas" cerocos Bu Dona dengan bangga.

Seperti biasa, ibu-ibu kompleks menanggapi seperlunya cerita Bu Dona tentang Albert. Cerita tentang kehebatan Albert sepertinya sudah terdengar kemana-mana. Bahkan orang yang tidak mengenal sosok Albert, secara pribadi, tahu tentang kisah Albert, anak Bu Dona yang rajin, jujur, pintar, dan kelebihan-kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh anak-anak sebayanya. Namun, tak ada yang menyadari bagaimana perasaan bocah itu dengan segala cap kebaikan yang disematkan di dirinya.

Suatu hari, di senja yang temaram, datang berita yang sangat mengejutkan seisi kompleks. Albert ditemukan meninggal tergantung di pohon mangga dekat gudamg sekolah.

"Albert! Kamu kenapa, Nak? Jangan tinggalkan ibu." Bu Dona menangis histeris saat polisi datang untuk mengabarkan kematian Albert.

Bergegas Bu Dona mengikuti polisi tersebut menuju lokasi ditemukannya jasad Albert. Sepanjang jalan, Bu Dona tak henti menangis. Bayangan Albert yang tergantung membuat tangisnya semakin kencang. Dia tak habis pikir, kenapa Albert sampai berbuat nekat.

Saat sampai di lokasi, jasad Albert sudah diturunkan. Tidak ada yang boleh menyentuhnya. Polisi yang menangani pun memakai sarung tangan. Ini dalam rangka melindungi barang bukti agar tidak menyulitkan proses penyelidikan.

Bu Dona yang meronta-ronta ingin memeluk jasad Albert akhirnya ditahan dalam mobil polisi. Dia dijaga ketat karena mengganggu kinerja polisi.

Setelah proses penyelidikan, tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan. Bahkan di dalam saku baju Albert ditemukan sepucuk surat untuk ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun