Mohon tunggu...
Muhammad Thamrin
Muhammad Thamrin Mohon Tunggu... Guru

Muh. Thamrin, Staff Pengajar pada SMPN 2 Bontoramba Kab. Jeneponto

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maulid di Zaman Kita: Realitas, Kontroversi dan Makna Sosial Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW

15 September 2025   20:46 Diperbarui: 16 September 2025   20:01 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendahuluan

Setiap datangnya bulan Rabiul Awal, suasana religius di banyak komunitas Muslim menjadi lebih hidup: masjid dan halaman sekolah dihias, hadrah dan shalawat berkumandang, makanan dibagikan, dan majelis ilmu bertambah frekuensinya. Perayaan Maulid Nabi,  peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW ,tampil dalam berbagai format di berbagai penjuru, dari majelis sederhana di kampung hingga acara masif di stadion. Fenomena ini bukan sekadar ritual tahunan; ia adalah ruang sosial yang memuat kepentingan spiritual, identitas kolektif, politik lokal, ekonomi, pendidikan, dan komunikasi budaya. Artikel ini menyajikan analisis mendalam tentang fenomena Maulid: asal-usulnya, ragam praktiknya, kontroversi teologisnya, fungsi sosialnya, dinamika modernnya, serta peluang dan tantangan yang menyertainya.

1. Asal-usul dan evolusi peringatan Maulid

Peringatan Maulid sebagai ritual terorganisir relatif muncul belakangan dalam sejarah Islam. Meski kecintaan dan penghormatan terhadap Nabi Muhammad sudah ada sejak masa awal Islam melalui syair, kisah, dan cerita-cerita para tabi'in, perayaan yang terstruktur---dengan tanggal khusus, majelis pembacaan, dan tradisi kuliner---menguat sejak abad ke-12--13 M di beberapa kawasan Muslim. Faktor pendorongnya meliputi:

  • Kebangkitan literasi agama dan sastra pujian (madh): syair-syair dan qasidah yang memuji Nabi menyebar dan menjadi materi berkumpulnya umat.
  • Pengaruh sufisme: tarekat-tarekat sufi kerap menggunakan majelis dzikir dan qasidah sebagai sarana spiritual; Maulid cocok sebagai momen kolektif mempererat hubungan spiritual.
  • Politisasi kebudayaan lokal: penguasa dan komunitas sering menggunakan perayaan agama untuk memperkuat legitimasi atau identitas daerah.

Dengan demikian, Maulid berkembang tak hanya sebagai perayaan kelahiran biologis, tetapi juga sebagai praktik yang membangun kenangan kolektif (collective memory) tentang teladan Nabi.

2. Ragam praktik: dari sederhana hingga spektakuler

Maulid tampil amat plural dalam praktiknya. Beberapa pola umum:

  • Majelis pengajian dan pembacaan sirah: kajian tentang kehidupan Nabi, bacaan kitab-kitab sejarah dan sirah, tafsir ayat-ayat yang berhubungan.
  • Pembacaan shalawat dan hadrah: bentuk-bentuk ritual musik religius yang mengekspresikan cinta kepada Nabi.
  • Pawai dan arak-arakan: terutama di wilayah tertentu, pawai kebudayaan menjadi bagian peringatan --- kadang memadukan unsur lokal seperti tari-tarian atau kostum.
  • Pembagian makanan dan sedekah: tradisi beramal kepada fakir miskin sebagai bagian dari berkah perayaan.
  • Kegiatan sosial-kemasyarakatan: donor darah, bakti sosial, peresmian fasilitas, pagelaran seni islami, hingga bazar makanan dan buku.

Variasi ini mencerminkan interaksi antara nilai agama, budaya lokal, dan kebutuhan komunitas setempat.

3. Dimensi teologis dan kontroversi

Peringatan Maulid juga menjadi medan perdebatan teologis yang serius di kalangan ulama dan komunitas Muslim, dengan beberapa titik perbedaan:

Sikap yang mendukung: Berpendapat bahwa Maulid adalah ekspresi kecintaan (mahabbah) kepada Nabi, sarana menceritakan kehidupan Nabi kepada generasi muda, dan kesempatan berdzikir dan beramal. Bagi banyak tradisi (terutama yang tersambung dengan tradisi tasawuf), Maulid dianggap mubah atau bahkan terpuji bila mendatangkan kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun